JOHANNESBURG – Amnesty International mengatakan pada Selasa (29/3), serangan Rusia di Ukraina mirip dengan tindakannya dalam perang Suriah, meningkatkan kekhawatiran "kejahatan perang" ketika korban sipil bertambah sebulan setelah invasi Moskow.
"Apa yang terjadi di Ukraina adalah pengulangan dari apa yang telah kita lihat di Suriah," terang Agnes Callamard, Sekretaris Jenderal Pengawas Hak-hak Global, kepada AFP.
Dia berbicara di Johannesburg pada peluncuran laporan tahunan kelompok tentang keadaan hak asasi manusia (HAM) di dunia.
Baca juga: Amnesty International Tuduh Pemberontak Tigray Rudapaksa Anak-Anak di Ethiopia
"Kami berada di tengah serangan yang disengaja terhadap infrastruktur sipil," katanya, menuduh Rusia mengubah koridor kemanusiaan menjadi "jebakan maut".
Baca juga: Amnesti Internasional Tuduh Israel Lakukan Apartheid ke Warga Palestina
"Kami melihat hal yang sama (di Ukraina), seperti yang dilakukan Rusia di Suriah,” lanjutnya.
Membandingkan kota Mariupol yang terkepung dengan kota Aleppo di Suriah, yang dihancurkan Presiden Bashar al-Assad dengan bantuan kekuatan udara Rusia, Callamard mengatakan bahwa pengamatan kelompok pelobi hak pada saat ini, kondisi itu adalah peningkatan kejahatan perang.
Callamard menyalahkan "kekurangajaran" Rusia pada "sistem internasional yang lumpuh" dan "kelambanan yang memalukan" dari lembaga-lembaga termasuk Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Banga (DK PBB).
"Dewan Keamanan PBB akan lebih tepat disebut Dewan Ketidakamanan PBB," ujarnya. Dia menilai DK PBB telah berulang kali gagal bertindak secara memadai dalam menghadapi kekejaman di tempat-tempat seperti Myanmar, Afghanistan, dan Suriah.
Direktur Amnesty di Eropa Timur dan Asia Marie Struthers sependapat. Dia mengatakan pada pengarahan terpisah di Paris bahwa para peneliti di Ukraina telah mendokumentasikan penggunaan taktik yang sama seperti di Suriah dan Chechnya, termasuk serangan terhadap warga sipil dan penggunaan senjata yang dilarang berdasarkan hukum internasional.
Pemerintah Amerika Serikat (AS) pekan lalu mengatakan bahwa informasi publik dan intelijen yang dikumpulkannya merupakan bukti kuat bahwa militer Rusia telah melakukan kejahatan perang di Ukraina.
Seorang pejabat senior Ukraina mengatakan kepada AFP pada Senin (28/3) bahwa sekitar 5.000 orang telah dimakamkan di Mariupol saja.
Rusia adalah pendukung utama pemerintah Suriah dalam perang yang meletus pada Maret 2011.
(Susi Susanti)