Barat Terus Pasok Senjata ke Ukraina, Rusia Peringatkan Konfrontasi Militer Langsung dengan AS

Susi Susanti, Jurnalis
Sabtu 09 April 2022 19:06 WIB
Perang Rusia-Ukraina (Foto: FNA)
Share :

RUSIADuta Besar Moskow untuk Washington, Anatoly Antonov, awal pekan ini mengatakan negara-negara Barat yang terus memasok senjata ke Ukraina, berisiko membuat AS dan Rusia ke jalur konfrontasi militer langsung.

Sejak peluncuran serangan militer Rusia di Ukraina, negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan sekutu mereka telah menahan diri dari keterlibatan militer langsung dalam konflik, tetapi telah secara aktif menyediakan senjata dan amunisi kepada Kiev.

Dengan melakukan itu, duta besar mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Newsweek, negara-negara Barat terlibat langsung dalam peristiwa saat ini dan menghasut “pertumpahan darah lebih lanjut.” Antonov menyebut tindakan ini "berbahaya" dan "provokatif."

 Baca juga: Pertemuan dengan NATO, Ukraina Tak Pernah Bosan Minta Senjata

“Mereka dapat memimpin AS dan Federasi Rusia ke jalur konfrontasi militer langsung. Setiap pasokan senjata dan peralatan militer dari Barat, yang dilakukan oleh konvoi transportasi melalui wilayah Ukraina, adalah target militer yang sah untuk Angkatan Bersenjata kita,” terangnya.

Baca juga: Ukraina Angkat Bicara Alasan Tidak Tertarik Gencatan Senjata Sementara, Konflik Militer Akan Lebih Meningkat

Antonov juga mengatakan bahwa "eksplorasi militer" Ukraina oleh NATO dimulai jauh sebelum dimulainya kampanye Rusia di negara tetangga. Antonov mengatakan Ukraina “dibanjiri persenjataan Barat sementara Presiden Vladimir Zelensky mengumumkan rencana Kiev untuk memperoleh senjata nuklir.”

Duta besar itu tampaknya merujuk pada pidato Konferensi Keamanan Munich Zelensky. Pada 19 Februari, lima hari sebelum peluncuran serangan Rusia, Zelensky mencatat bahwa pada 1994, Ukraina menandatangani Memorandum Budapest dan menyerahkan senjata nuklirnya dengan imbalan jaminan keamanan. Mengatakan bahwa Ukraina sekarang tidak memiliki "senjata maupun keamanan," dia menyarankan bahwa janji non-nuklir Kiev dapat dibatalkan jika negara itu diancam oleh Rusia.

Antonov menyatakan bahwa kondisi Rusia untuk “penyelesaian konflik” tetap tidak berubah, yakni demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina, status netral dan non-nuklir resmi untuk negara tersebut, pengakuan kedaulatan Rusia atas Krimea, dan kemerdekaan Donetsk dan Lugansk Republik Rakyat.

Dua hari lalu, Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmitry Kuleba, mendesak negara-negara NATO untuk terus menyediakan "senjata, senjata, dan senjata" kepada Kiev, menjelaskan bahwa dengan memerangi Rusia, Ukraina tidak hanya membela diri tetapi juga meningkatkan keamanan anggota blok tersebut.

NATO secara konsisten menolak untuk mengabulkan permintaan Zelensky untuk membentuk 'zona larangan terbang' di atas Ukraina, menjelaskan bahwa tindakan itu dapat menyebabkan konfrontasi terbuka antara blok tersebut dan Rusia.

Diketahui, Moskow menyerang negara tetangga itu pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk yang ditandatangani pada 2014, dan akhirnya pengakuan Rusia atas republik Donbass, Donetsk dan Lugansk. Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Prancis dirancang untuk mengatur status wilayah di dalam negara Ukraina.

Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua wilayah dengan paksa.

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya