WASHINGTON - Sehari setelah ulang tahunnya yang ke-18, Salvador Ramos, seorang remaja dari kota kecil Texas, membeli senapan serbu pertamanya. Seminggu kemudian, dia masuk ke sekolah dasar (SD) setempat dan menembak 19 anak dan dua guru mereka.
Pihak berwenang masih berusaha mengumpulkan apa yang mendorong Ramos melakukan pembantaian sekolah terburuk di Amerika dalam satu dekade, tetapi inilah yang diketahui sejauh ini tentang penembakan itu.
Ramos digambarkan sebagai pemuda yang telah lama diintimidasi atau di-bullying. Akibatnya dia kerap melukai diri sendiri. Ramos berusia 18 tahun pada 16 Mei dan membeli senapan serbu keesokan harinya.
Dia membeli 375 butir amunisi pada 18 Mei, dan kemudian senapan kedua dua hari setelah itu.
Gubernur Texas Greg Abbott mengatakan siswa putus sekolah tanpa tanpa riwayat kriminal ini mengirim pesan di Facebook pada Selasa (24/5/2022) pagi bahwa dia berencana untuk menyerang neneknya yang tinggal bersamanya. Ramos diketahui tinggal bersama neneknya selama dua bulan.
Baca juga: Penembakan Massal di SD Texas, Ketika Hari yang Cerah Berakhir Tragis dengan Pertumpahan Darah
Ramos menembak wajah sang nenek yang berusia 66 tahun, tetapi dia dapat memanggil polisi dan diterbangkan dalam kondisi kritis ke sebuah rumah sakit di dekat San Antonio.
Menurut Gubernur Abbott, tidak ada masalah psikologis yang diketahui departemen kesehatan setempat.
Baca juga: Biden Akan Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Massal di SD Texas, Minta Warga AS Berikan Dukungan
Ramos kemudian mengirim pesan lagi di media sosial untuk mengatakan bahwa dia telah menindaklanjuti rencananya untuk menyerang neneknya, dan bahwa sebuah sekolah dasar adalah target berikutnya.