MEDAN - Nasib malang menimpa seorang perempuan bernama Riski Rikawati Laoli (34), warga Desa Binasi, Tapanuli Tengah. Iya terpaksa kehilangan rahimnya dan saluran kandung kemihnya terjahit karena diduga jadi korban tindakan malapraktik.
Riski diduga mengalami malapraktik saat menjalani proses persalinan di rumah sakit (RS) Metta Medika, Kota Sibolga pada 23 April 2022 lalu.
Suami dari Riski, yakni Muhrozi (32) menceritakan kisah dugaan malapraktik yang membahayakan nyawa istrinya tersebut.
"Istri saya (Riski) menjalani operasi caesar (melahirkan anak) di Rumah Sakit Metta Medika Sibolga," ujar Muhrozi kepada wartawan, Jumat (17/6/2022).
Dia menerangkan, istrinya menjalani operasi caesar di RS Metta Medika pukul 14.30 WIB, 23 April 2022. Dan 40 menit setelah operasi berlangsung, dokter menyatakan terjadi pendarahan.
"Saya dipanggil masuk ke ruangan operasi, dokter mengatakan pasien pendarahan, dan dikasih pilihan, mengangkat rahim atau tidak. Jika rahim tidak diangkat maka pendarahan akan terus berkelanjutan, dan pada akhirnya saya menyetujui," terangnya.
5 menit berselang, setelah Muhrozi menadatangani surat pernyataan, kemudian dipanggil kembali.
"Dokter James menyatakan pasien kritis, dan harus penambahan suntikan bius, demi keselamatan pasien. Saya menyetujui kembali," kata Muhrozi.
Lalu, 2 menit kemudian Muhrozi dipangil lagi, dokter menyatakan pasien (Riski) kritis, dan sudah pendarahan total, maka pasien membutuhkan darah golongan B+ sebanyak 4 kantong.
Dengan susah payah dan panik atas kondisi istri yang berjuang untuk hidup, Muhrozi berupaya untuk mencari darah dengan waktu yang begitu genting.
Untungnya, ada dua orang anggota keluarga yang menjenguk di rumah sakit bersedia mendonorkan darahnya. Dan Muhrozi mendapat satu kantong darah dari PMI.
"Alhamdulillah, darah yang diminta bisa kami usahakan. Yang kami sesalkan kenapa sebulum masuk Ruang SC tidak diantisipasi stok darah. Kenapa setelah pasien dinyatakan kritis baru di cari darahnya," ujarnya.
Pukul 20:30 WIB, Riski keluar dari ruangan opersi dan dirawat di ruang ICU. Besok harinya, pukul 07:30 WIB, Muhrozi diizinkan melihat Riski di ruangan ICU.
Kondisi Riski mulai sadar tapi belum bisa bicara dan tubuhnya sangat lemah. Dan di hari pertama di ruangan ICU Riski masih bisa kencing.
Menurut Muhrozi, kejanggalan terjadi pada hari ke 2, 3 dan 4 saat Riski dirawat di ICU.
"Istri saya tidak bisa buang air kecil, dan tubuhnya pun membengkak. Dan dilakukan USG. Oleh dokter James, disarankan untuk cuci darah sebanyak 3 tiga kali untuk mengembalikan kembali fungsi ginjal," ucap Muhrozi.
Pada 27 April 2022, Riski yang sudah dalam kondisi mengkhawatirkan, dirujuk ke RS Mitra Sejati di Kota Medan dengan menempuh 8 jam perjalanan dengan ambulans. Tujuannya untuk konsultasi ginjal dan cuci darah.
Mereka tiba di RS Mitra Sejati sekitar pukul 02:30 WIB. Saat tiba, Riski langsung diberi pertolongan pertama.
Muhrozi menjelaskan, pada pukul 11:30 WIB. Dokter Sabar selaku dokter yang menangani konsul ginjal masuk ke ruangan kami untuk melihat kondisi Riski.
"Dokter Sabar mengatakan pasien tidak mengalami masalah ginjal, dan merasa kecewa terhadap isi rujukan pasien. Dalam rujukan dari RS Metta Medika tidak menginformasikan kondisi pasien secara jelas," terangnya.