Khalid Jan sekarang bertanggung jawab atas lima cucunya yang masih kecil yang berkeliaran di dekat kakinya. Ayah mereka, putranya, tewas dalam gempa, bersama dengan dua anak Khalid Jan lainnya.
"Hanya saya yang tersisa dari mereka," ujarnya kepada BBC, bertengger di atas charpoy logam - tempat tidur tradisional - di bawah tenda.
"Tapi rumah dan semua yang ada di sini telah hancur dan saya tidak akan pernah bisa membangunnya kembali,” ungkapnya.
Badan-badan bantuan Afghanistan dan internasional sedang menilai kerusakan dan mengirimkan pasokan, tetapi ini adalah krisis besar dan berkembang, yang muncul di atas situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan di negara itu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang juga membantu mendukung para korban, memperingatkan risiko kemungkinan wabah kolera.
Di desa Habib Gul, orang-orang berkumpul untuk memanjatkan doa memperingati kematian. Hampir 50 orang telah tewas dari populasi sekitar 250. Perhatian sekarang akan beralih ke para penyintas, dan seberapa cepat bantuan dapat menjangkau mereka.
(Susi Susanti)