MALANG - Sekilas rumah tua di Malang peninggalan zaman masa kolonial Belanda memang tak ada bedanya. Karakteristik rumah kolonial buatan Belanda menjadikan rumah yang kini di tempati Irawan Prajitno ini.
Namun siapa sangka rumah peninggalan kolonial Belanda ini memiliki cerita tersendiri. Cerita itu datang saat rumah itu selesai dibangun oleh Belanda di bouwplan 7 bersama kawasan perumahan elite di Jalan Ijen dan sekitarnya, pada tahun 1934.
"Dulunya rumah ini perkebunan tebu punyanya Pabrik Gula Kebonagung dibangun 1934 masuk bouwplan 7, ditempati 1935," kata pemilik rumah Irawan Prajitno, ditemui MNC Portal, Jumat 8 Juli 2022.
BACA JUGA:Cagar Budaya Jembatan Kereta Terowongan Tiga Matraman Terbengkalai Jadi Lokalisasi Prostitusi
Menurut Irawan, kawasan permukiman baru yang dibangun pemerintahan Belanda di Jalan Ijen dan sekitarnya, hanya diperuntukkan untuk orang-orang Eropa, para pejabat kota kala itu, dan pengusaha Belanda. Orang pribumi atau inlandeer dalam bahasa Belanda, diharamkan bertempat tinggal di daerah itu.
Bahkan konon ada pagar khusus yang memisahkan permukiman orang-orang Belanda dan Eropa lainnya dengan perkampungan pribumi yang ada di bawahnya. Para pribumi ini pun tak bisa sembarangan masuk kawasan permukiman Eropa itu.
"Bouwplan 7 diperuntukkan untuk para pejabat Kota Malang yang Belanda, kaum penguasaha, dan diperuntukkan untuk orang Eropa, intinya daerah ini ditetapkan wilayah Belanda dan tempat tinggal pejabat Malang. Yang pribumi ditaruh di bawah di Oro-oro Dowo, Jodipan, Kebalen. Dia (orang Belanda ini) nggak mau rumahnya lebih rendah dari inlandeer atau pribumi, karena daerah sini kan lebih tinggi dari yang sebelah timur. Itu psikologis orang Belanda," jelasnya.
BACA JUGA:Bangunan SDN 207 di Banda Naira Dinilai Layak Menjadi Sebuah Cagar Budaya
Menariknya dari deretan permukiman warga Eropa itu ada satu-satunya rumah yang ditempati oleh warga pribumi atau inlandeer. Rumah ini berada di Jalan Anjasmoro Nomor 5 dihuni oleh Slamet dan keluarganya. Saat itu Slamet menjadi bagian dari pejabat di rumah pemotongan hewan (RPH) yang dibuat Belanda.
"Yang namanya Slamet ini orang pertama ini, Orang Jawa kok bisa milih tempat tinggal di sini. Kebetulan ada sedikit punya sumbangan kepada sejarah Kota Malang, dia kepala RPH pertama yang dibuat oleh Belanda," terangnya.