JENEWA - Untuk kedua kalinya dalam beberapa bulan terakhir, komite darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bertemu pada Kamis (21/7/2022) untuk mempertimbangkan apakah akan menyatakan wabah cacar monyet sebagai krisis global atau tidak. Penyakit yang disebabkan virus itu sebelumnya hanya endemik di beberapa bagian Afrika Barat.
“Saya tetap prihatin dengan jumlah kasus, di semakin banyak negara, yang telah dilaporkan,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada pertemuan tersebut, sebagaimana dilansir Sputnik.
BACA JUGA: WHO: Cacar Monyet Tembus 14.000 Kasus, 5 Meninggal
Menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), 2.322 kasus cacar monyet telah terdeteksi di AS, dan 15.378 kasus di seluruh dunia. Sementara jumlah totalnya terus meningkat, Tedros mencatat bahwa di beberapa negara, jumlah kasus telah menurun.
Bulan lalu CDC mengeluarkan panduan baru yang secara eksplisit menyatakan virus cacar monyet (MPXV) bukan infeksi menular seksual (IMS) dan kemungkinan menyebar karena kontak fisik yang dekat yang terjadi saat berhubungan seks. Panduan baru ini diumumkan untuk melawan pandangan bahwa cacar monyet, yang banyak menyebar di antara kaum gay dan biseksual, memperngaruhi laki-laki yang memiliki orientasi seksual tertentu.
BACA JUGA: Wabah Cacar Monyet di Belgia Dikaitkan dengan Festival Gay, Pasien Diwajibkan Karantina
Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) juga telah secara eksplisit menyatakan bahwa “Siapa pun bisa terkena cacar monyet. Meskipun saat ini sebagian besar kasus terjadi pada pria gay, biseksual, atau berhubungan seks dengan pria lain, jadi sangat penting untuk mewaspadai gejalanya jika Anda termasuk dalam kelompok ini.”
Virus cacar monyet endemik di Afrika Barat, pertama kali ditemukan pada 1971 dan biasanya terkait dengan kontak dengan daging hewan yang terinfeksi.