Pada 20 Desember tahun lalu, tiga helikopter mengitari Desa Yae Myet di Myanmar bagian tengah guna menerjunkan sejumlah serdadu. Mereka diperintahkan melepas tembakan.
Setidaknya lima orang berbeda, yang berbicara terpisah satu sama lain, memberitahu BBC apa yang terjadi saat itu. Menurut mereka, militer mengerahkan tiga regu berbeda. Setiap regu menembak pria, perempuan, dan anak-anak tanpa pandang bulu.
"Saat itu perintahnya adalah tembak apapun yang kamu lihat," kata Kopral Aung di sebuah lokasi rahasia di hutan terpencil Myanmar.
Dia menuturkan bahwa beberapa orang bersembunyi di lokasi yang mereka kira tempat aman. Namun, ketika serdadu mendekat, mereka "mulai berlari dan kami menembaki mereka".
Kopral Aung mengaku regunya menembak dan menguburkan lima pria.
"Kami juga diperintahkan membakar setiap rumah bagus dan layak di desa," tuturnya.
Para prajurit berkeliling di sekitar desa sembari membakar rumah-rumah dan berteriak, "Bakar! Bakar!"
Kopral Aung membakar empat bangunan. Mereka yang diwawancara mengaku total sekitar 60 rumah yang dibakar.
Sebagian besar penduduk desa telah kabur, tapi tidak semuanya. Sebuah rumah di tengah desa tidak dihuni.
Thiha mengaku dirinya bergabung dengan militer, lima bulan sebelum penggerebekan terjadi.
Seperti banyak prajurit lainnya, dia direkrut dari masyarakat dan mengaku belum mendapat pelatihan. Kalangan setempat menyebut para rekrutan baru ini Anghar-Sit-Thar atau "tentara bayaran".