Menurut Thiha, para serdadu memerkosa perempuan-perempuan muda tersebut. Namun, dia mengaku tidak ikut-ikutan.
"Saat mereka menangkap perempuan muda, mereka akan berkata, 'ini karena kamu mendukung PDF' saat mereka [memerkosa] perempuan-perempuan ini," jelas Thiha.
Kami melacak keberadaan perempuan-perempuan itu dan menemui dua di antara mereka.
Pa Pa dan Khin Htwe mengatakan mereka berjumpa dengan sekelompok serdadu selagi berusaha kabur. Para perempuan ini bukan berasal dari Yae Myet. Mereka ke sana untuk mendatangi seorang penjahit.
Walau bersikeras bukan anggota PDF atau dari Yae Met, mereka ditahan di sebuah sekolah selama tiga malam. Setiap malam mereka dilecehkan secara seksual berulang kali oleh sejumlah serdadu yang mabuk.
"Mereka menutup wajah saya dengan sarung dan mendorong saya sampai jatuh. Mereka melepaskan pakaian saya dan memerkosa saya. Saya berteriak saat mereka memerkosa saya," jelas Pa Pa.
Dia memohon agar serdadu-serdadu itu berhenti, tapi mereka memukuli kepalanya dan mengancamnya dengan todongan senjata api.
"Kami harus tunduk tanpa melawan karena kami takut akan dibunuh," kata Khin Htwe, adik Pa Pa, seraya terbata-bata.
Para perempuan ini terlalu takut melihat para pemerkosa dengan jelas, tapi mereka ingat melihat beberapa tidak memakai seragam dan sebagian lainnya mengenakan seragam militer.
Sedikitnya 10 orang tewas akibat aksi kekerasan di Yae Myet dan delapan perempuan dilaporkan diperkosa dalam jangka waktu tiga hari.
(Susi Susanti)