Deplu AS mengatakan, delegasi AS akan bergabung dengan komunitas internasional di konferensi itu untuk menggarisbawahi dukungan “tak tergoyahkan” Washington bagi rakyat Afghanistan dan untuk menyerukan kepada Taliban agar memenuhi komitmen mereka.
“Komunitas internasional berkomitmen untuk Afghanistan yang stabil, damai dan inklusif, yang menghormati hak asasi manusia dan kebebasan mendasar seluruh warga Afghanistan – termasuk perempuan dan komunitas etnis dan agama – dan yang mencegah ancaman teroris dari tanah Afghanistan,” bunyi pernyataan AS.
AS menambahkan dalam pernyataannya bahwa konferensi itu akan dilanjutkan dengan perundingan langsung antara delegasi Taliban dan AS yang dijadwalkan digelar pada Rabu (27/7/2022) untuk mengatasi tantangan ekonomi yang dihadapi rakyat Afghanistan.
Brian Nelson, Wakil menteri keuangan bidang terorisme dan intelijen keuangan, akan ikut serta dalam pertemuan itu.
Negosiasi antara AS dan Taliban terutama akan berfokus pada cara untuk mengizinkan Taliban menggunakan ‘dana beku’ sebesar USD7 miliar (Rp105 triliun) yang disimpan di AS untuk membantu membangkitkan perekonomian Afghanistan dan membantu negara itu mengatasi krisis kelaparan akibat peperangan dan kekeringan yang terjadi terus-menerus selama bertahun-tahun.
Presiden AS Joe Biden mengeluarkan perintah eksekutif Februari lalu untuk mencairkan separuh ‘dana beku’ tersebut untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi rakyat Afghanistan. Sisanya akan ditahan untuk digunakan dalam gugatan hukum terkait terorisme terhadap Taliban, yang sedang berlangsung di pengadilan AS.
Washington mengatakan pihaknya berusaha membantu menemukan mekanisme yang tepat, yang dapat berfungsi sebagai pengelola dana sebesar USD3,5 miliar (Rp52,5 triliun). Akan tetapi, Taliban menuntut agar seluruh uang itu diserahkan, karena uang itu milik Afghanistan.