Savelyev diminta menyimpan berbagai rekaman penyiksaan ini, lalu menyerahkannya ke departemen keamanan penjara. Tidak jarang, dia menyimpan video-video itu ke perangkat keras komputer agar dapat disaksikan sipir yang lebih senior.
Setelah menemukan kengerian yang terjadi di balik pintu tertutup, Savelyev mulai menyalin berbagai video tersebut dan menyembunyikannya.
"Saya berjalan melewati para sipir dan tidak melakukan apa-apa agar mereka melihat saya biasa saja saat menyaksikan penyiksaan tersebut," ucapnya.
Dalam beberapa klip, para pria yang melakukan penyiksaan terlihat menggunakan borgol dan peralatan seperti kamera tubuh yang hanya dapat diakses sipir.
Menurut Savelyev, terdapat semacam aturan bahwa para tahanan yang turut melakukan pelecehan adalah mereka yang dipenjara dalam kasus kekerasan dan harus menjalani hukuman panjang.
Karena aturan tidak tertulis itu, para tahanan tersebut tertarik untuk menjilat otoritas agar diperlakukan lebih baik.
Tahanan semacam itu terkadang diberi julukan "pressovskiki".
"Mereka pasti tertarik untuk berbuat baik dan patuh selama masa-masa itu. Mereka ingin otoritas penjara bersikap ramah sehingga mereka mendapatkan jatah makan yang pantas, tidur nyenyak, dan memiliki beberapa hak istimewa," ujarnya.
Aktivis HAM dari Gulagu.net, Vladimir Osechkin, yang organisasinya menerbitkan video penyiksaan yang bocor, menilai para pelaku mengikuti protokol secara runut. Artinya, sambil merujuk sebuah video rekaman dia mengatakan para penyiksa telah terlatih melakukan itu.
"Mereka saling memberi isyarat, beraksi dalam bisu, saling memahami meski tanpa kata-kata karena mengikuti sistem yang sudah mapan," terangnya.
"Petugas yang terlihat di video memberi isyarat tentang cara memelintir atau melebarkan kaki korban sehingga mereka bisa memperkosanya,” lanjutnya.
Menyusul kebocoran bukti Savelyev, enam 'pressovskiki' ditangkap. Mereka membantah terlibat.