Ditangkap saat Bulan Madu di Bali, Mahasiswa Harvard Transgender Meninggal dalam Tahanan Polisi

Susi Susanti, Jurnalis
Jum'at 26 Agustus 2022 08:49 WIB
Mahasiswa Harvard meninggal dalam tahanan polisi di Bali (Foto: Harvard Kennedy School)
Share :

BALI - Seorang aktivis hak transgender Peru dilaporkan meninggal dalam tahanan polisi di Bali.

Polisi menangkap Rodrigo Ventocilla, 32, pada 6 Agustus lalu di bandara Denpasar, setelah petugas bea cukai menemukan apa yang mereka katakan sebagai barang mencurigakan di bagasinya.

Media lokal melaporkan dia meninggal lima hari kemudian di rumah sakit usai dibawa polisi ke sana karena muntah-muntah.

Dikutip BBC, keluarga Ventocilla menuduh polisi menganiaya mahasiswa Harvard itu dan melarang pengacara yang mereka sewa untuk menemuinya.

 Baca juga: Susah Cari Kerja, Wanita Transgender Ini Minta Disuntik Mati

Keluarga menggambarkan penangkapan Ventocilla sebagai "tindakan diskriminasi rasial dan transfobia" dan bersikeras bahwa barang-barang yang menimbulkan kecurigaan petugas bea cukai "terkait dengan perawatan kesehatan mentalnya, di mana ia mendapat resep dari profesional perawatan kesehatan".

 Baca juga: Kisah Dokter Transgender Pertama di Indonesia, Dianggap Lebih Empati ke Pasien

Rodrigo Ventocilla, yang sedang belajar Administrasi Publik di Harvard Kennedy School di Amerika Serikat (AS), telah melakukan perjalanan ke Bali untuk berbulan madu.

Sebuah pernyataan keluarga mengatakan Suami Ventocilla, Sebastián Marallano, tiba dengan penerbangan yang berbeda dan ditahan kemudian ketika dia mencoba membantu Ventocilla.

Keluarga menuduh bahwa polisi Bali meminta "sejumlah besar uang" sebagai imbalan untuk membebaskan kedua pria itu, sebuah tuduhan yang belum ditanggapi oleh polisi di Bali.

Kedua pria itu pun dipindahkan oleh polisi ke rumah sakit pada 9 Agustus lalu. Ventocilla kemudian dipindahkan ke rumah sakit lain dan meninggal pada 11 Agustus.

Seorang pejabat polisi mengatakan Ventocilla jatuh sakit setelah mengonsumsi obat-obatan yang tidak disita darinya selama penggeledahan yang berujung pada penangkapannya.

Menurut pejabat tersebut, Ventocilla meninggal karena "kegagalan organ di seluruh tubuhnya".

Tetapi keluarganya menuduh pihak berwenang Indonesia tidak mengizinkan pemeriksaan mayat independen dilakukan dan berpendapat bahwa "penyebab sebenarnya dari kematiannya" masih belum diketahui.

Keluarga tersebut juga mengatakan bahwa polisi Indonesia menghalangi akses ke rumah sakit "setiap saat" dan bahwa kerabat "tidak pernah dapat berkomunikasi atau mengetahui status/diagnosis kesehatan Rodrigo".

Para kerabat menambahkan bahwa langkah mereka digagalkan oleh kepala konsulat Peru di Bali, yang mereka katakan tidak menanggapi pesan mereka.

Sementara itu, Kementerian luar negeri Peru telah menolak tuduhan keluarga bahwa penangkapan kedua pria itu adalah tindakan diskriminasi rasial dan transfobia.

“Sudah diketahui secara luas bahwa Indonesia memiliki kebijakan nol toleransi dalam hal kepemilikan narkoba dan turunannya,” bunyi pernyataan mereka.

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya