Sepertiga Negara Tenggelam Akibat Banjir Dahsyat, Menteri Pakistan: Kami Belum Pernah Melihat Seperti Ini

Susi Susanti, Jurnalis
Selasa 30 Agustus 2022 11:32 WIB
Banjir dahsyat terjang Pakistan (Foto: EPA-EFE/REX)
Share :

PAKISTANMenteri Iklim Pakistan Sherry Rehman mengatakan sepertiga dari Pakistan telah sepenuhnya tenggelam akibat banjir bersejarah.

Banjir bandang yang menghancurkan telah menghanyutkan jalan, rumah dan tanaman. Banjir ini meninggalkan jejak malapetaka mematikan di seluruh Pakistan.

"Semuanya satu samudra besar, tidak ada lahan kering untuk memompa air keluar," terangnya. Dia menyebut banjir sebagai krisis dengan proporsi yang tak terbayangkan.

Menurut para pejabat, setidaknya 1.136 orang tewas sejak musim hujan dimulai pada Juni lalu. Hujan musim panas adalah yang terberat yang tercatat dalam satu dekade dan disalahkan oleh pemerintah atas perubahan iklim.

 Baca juga: Banjir Dahsyat Pakistan Telan Kerugian Lebih dari Rp149 Triliun, 1.136 Orang Meninggal

"Secara harfiah, sepertiga dari Pakistan terendam air sekarang, yang telah melampaui setiap batas, setiap norma yang pernah kita lihat di masa lalu," lanjutnya kepada kantor berita AFP.

 Baca juga: Bantuan Internasional untuk Korban Banjir Capai Pakistan

"Kami belum pernah melihat yang seperti ini," ujarnya.

Melalui data terahir terlihat 75 orang meninggal dalam 24 jam terakhir akibat banjir. Para pejabat pada Senin (29/8/2022) menambahkan bahwa jumlah kematian diperkirakan akan meningkat.

Berbicara kepada BBC, Menteri Luar Negeri Pakistan Bilawal Bhutto-Zardari mengatakan sepertiga dari mereka yang tewas diyakini adalah anak-anak.

"Kami masih mencari tahu seberapa parah kerusakannya," tambahnya.

Para pejabat memperkirakan bahwa lebih dari 33 juta warga Pakistan - satu dari tujuh orang - telah terkena dampak banjir bersejarah itu.

Air deras di Lembah Swat utara negara itu telah menyapu jembatan dan jalan, memotong seluruh desa.

Ribuan orang yang tinggal di daerah pegunungan telah diperintahkan untuk mengungsi - tetapi bahkan dengan bantuan helikopter, pihak berwenang masih berjuang untuk menjangkau mereka yang terjebak.

"Desa demi desa telah musnah. Jutaan rumah telah hancur," kata Perdana Menteri (PM) Shehbaz Sharif pada Minggu (28/8/2022) setelah terbang di atas daerah itu dengan helikopter.

Sharif mengatakan dimulainya kembali pinjaman oleh Dana Moneter Internasional (IMF), senilai sekitar USD1,2 miliar (Rp18 triliun) selama tahun mendatang, akan menjadi bantuan besar dalam menghidupkan kembali perekonomian.

Adapun program yang dilakukan Pakistan pada 2019, telah ditangguhkan awal tahun ini setelah Islamabad gagal memenuhi target yang ditetapkan oleh pemberi pinjaman.

Sementara itu, mereka yang berhasil melarikan diri akhirnya diamankan ke salah satu dari banyak kamp darurat di seluruh negeri.

"Tinggal di sini menyedihkan. Harga diri kami dipertaruhkan," ujar korban banjir Fazal Malik kepada AFP dari sebuah sekolah yang digunakan untuk menampung sekitar 2.500 pengungsi di provinsi Khyber Pakhtunkhwa barat laut.

Provinsi seperti Sindh dan Balochistan adalah yang paling parah terkena dampaknya tetapi daerah pegunungan di Khyber Pakhtunkhwa juga terkena dampak parah.

Rekor monsun tahun ini sebanding dengan banjir dahsyat pada 2010 - yang paling mematikan dalam sejarah Pakistan - yang menewaskan lebih dari 2.000 orang.

Ada juga kekhawatiran yang berkembang tentang biaya pembangunan kembali dari bencana ini, dan pemerintah Pakistan telah meminta bantuan keuangan dari lembaga bantuan, negara sahabat dan donor internasional.

"Perkiraan awal yang sangat awal adalah bahwa itu besar, lebih tinggi dari USD10 miliar (Rp149 triliun)," kata Menteri Perencanaan Ahsan Iqbal kepada Reuters.

Dia mengatakan hampir setengah dari tanaman kapas negara itu telah hanyut dan ladang sayur, buah, dan padi mengalami kerusakan yang signifikan.

Pada Sabtu (27/8/2022) pemerintah Inggris mengumumkan telah mengalokasikan hingga 1,5 juta poundsterling (Rp26 miliar) untuk a bantuan banjir.

Berbicara secara terpisah, Ratu Elizabeth II mengatakan "sangat sedih mendengar hilangnya nyawa dan kehancuran yang tragis" yang disebabkan oleh banjir.

"Inggris berdiri dalam solidaritas dengan Pakistan saat memulai pemulihannya," tambahnya.

Seorang petani padi di dekat kota tenggara Sukkur di provinsi Sindh, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa ladangnya telah hancur akibat banjir.

"Tanaman kami membentang lebih dari 5.000 hektar di mana beras kualitas terbaik ditaburkan dan dimakan oleh Anda dan kami," kata Khalil Ahmed, 70.

"Semuanya sudah selesai,” lanjutnya.

Sindh diketahui tergenang air sehingga pekerja darurat berjuang untuk menjangkau mereka yang membutuhkan bantuan.

"Tidak ada landasan atau pendekatan yang tersedia ... pilot kami merasa sulit untuk mendarat," kata seorang pejabat militer Pakistan kepada AFP.

(Susi Susanti)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya