Ubah sikap soal Brexit
Kurang dari setahun kemudian terjadi hal yang bisa dibilang sebagai peristiwa politik terbesar dalam generasi ini - referendum Uni Eropa alias Brexit.
Truss berkampanye untuk Remain, yang ingin Inggris tetap di Uni Eropa. Ia menulis di surat kabar The Sun bahwa Brexit akan menjadi "tragedi tripel - lebih banyak aturan, lebih banyak bentuk, dan lebih banyak penundaan saat menjual ke UE".
Namun, setelah pihaknya kalah, ia berubah pikiran, dengan alasan bahwa Brexit memberikan kesempatan untuk "mengguncang tatanan lama".
Di bawah perdana menteri Theresa May, ia menjabat sebagai menteri kehakiman, sebelum pindah ke kementerian keuangan sebagai kepala administrasi.
Ketika Boris Johnson menjadi perdana menteri pada tahun 2019, Truss ditempatkan sebagai menteri perdagangan internasional - pekerjaan yang berarti kesempatan bertemu dengan para pemimpin politik dan bisnis global untuk mempromosikan kepentingan dagang Inggris.
Pada 2021, pada usia 46 tahun, ia pindah ke salah satu pekerjaan paling senior di pemerintahan, mengambil alih jabatan Dominic Raab sebagai menteri luar negeri.
Dalam peran ini ia berusaha memecahkan masalah pelik Protokol Irlandia Utara, dengan menghapus bagian-bagian dari kesepakatan UE-Inggris pasca-Brexit - sebuah langkah yang dikritik keras oleh UE.
Ia mengamankan pembebasan dua warga negara Inggris-Iran yang keduanya telah ditangkap dan ditahan.
Dan ketika Rusia menginvasi Ukraina pada bulan Februari ia mengambil sikap tegas, bersikeras semua pasukan Vladimir Putin harus diusir dari negara itu.
Namun ia juga dikritik karena mendukung orang-orang dari Inggris yang ingin ikut berperang di Ukraina.