RUSIA - Para pemimpin kelompok negara-negara kaya G7 mengatakan mereka akan mendukung Ukraina "selama yang dibutuhkan" setelah serangan rudal besar Rusia terjadi pada Senin (10/10/2022).
G7 pada Selasa (11/10/2022) menegaskan kembali komitmennya terhadap Ukraina. Para pemimpin Barat juga dengan cepat mengutuk eskalasi Rusia. Kelompok itu, yang bertemu untuk pembicaraan virtual darurat, mengatakan akan terus memberikan bantuan militer dan kemanusiaan.
Baca juga: Serangan Brutal Rusia, PM Ukraina: 11 Infrastruktur Penting Rusak di 8 Wilayah
"Kami akan terus memberikan dukungan keuangan, kemanusiaan, militer, diplomatik dan hukum dan akan berdiri teguh dengan Ukraina selama yang diperlukan," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan, dikutip BBC.
Baca juga: Buntut Serangan Brutal Rusia, AS Janji Pasok Senjata Lebih Banyak ke Ukraina
Dalam pernyataannya, G7 mengatakan "sangat terganggu" oleh serangan-serangan ini, dan menyambut baik penyelidikan lebih lanjut tentang apa yang menyebabkannya.
Blok itu juga mengutuk upaya Putin baru-baru ini untuk mencaplok empat wilayah Ukraina dengan referendum gadungan.
G7 terdiri dari tujuh ekonomi "maju" terbesar. Ini termasuk Kanada, Prancis, Italia, Jerman, Jepang, Inggris, dan AS.
China tidak termasuk karena tidak dianggap sebagai ekonomi maju seperti negara-negara lain. Rusia adalah bagian dari kelompok itu, tetapi dikeluarkan setelah aneksasi Krimea pada 2014.
Seperti diketahui, sedikitnya 19 orang tewas dan puluhan lainnya terluka, ketika rudal Rusia menghantam wilayah di seluruh Ukraina, termasuk Kyiv tengah.
Serangan berlanjut hingga Selasa (11/10/2022), dan warga sipil disarankan untuk tinggal di tempat perlindungan serangan udara.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan serangan itu sebagai pembalasan atas serangan di jembatan utama yang menghubungkan Rusia dengan Krimea yang diduduki, di mana ia menyalahkan Ukraina.
Semengara itu, Pemimpin Belarusia Alexander Lukashenko - sekutu dekat Putin - telah setuju untuk mengerahkan pasukan dengan tentara Rusia di perbatasan dengan Ukraina, mengatakan ini sebagai tanggapan atas ancaman dari Kyiv.
(Susi Susanti)