Izinkan Jenazah Pemimpin Gerilya Dimasukkan ke Penjara, Menteri Kehakiman Paraguay Dipecat

Rahman Asmardika, Jurnalis
Rabu 26 Oktober 2022 14:34 WIB
Presiden Mario Abdo Benitez telah memecat Menteri Kehakiman Edgar Taboada. (Foto: Reuters)
Share :

ASUNCION - Presiden Paraguay Mario Abdo Benitez pada Selasa (25/10/2022) memecat menteri kehakiman dan direktur lembaga pemasyarakatan perempuan karena mengizinkan peti mati berisi jenazah pemimpin gerilya yang tewas dibunuh dibawa ke dalam sebuah penjara, di mana saudara perempuannya ditahan.

BACA JUGA: 'Imut Gendut', Napi Ini Berhasil Kabur dari Penjara dengan Menyamar Jadi Wanita

“Menteri Kehakiman (Edgar Taboada) dan direktur lembaga pemasyarakatan Good Shepherd diberhentikan,” bunyi pernyataan dari kantor presiden Paraguay, sebagaimana dilansir dari VOA Indonesia.

Osvaldo Villalba, pemimpin Tentara Rakyat Paraguay (EPP) Marxis-Leninis, tewas dibunuh pasukan militer pada Minggu (23/10/2022) di wilayah utara negara itu, bersama dua rekannya, kata polisi.

Peti matinya kemudian dibawa ke dalam penjara perempuan oleh kerabatnya agar saudara perempuannya yang tengah mendekam di penjara – yang juga salah satu pendiri EPP – dapat mengucapkan salam perpisahan.

BACA JUGA: Jaksa Anti-Mafia yang Selidiki Ronaldinho Ditembak Mati Saat Bulan Madu di Kolombia

Pihak keluarga “tiba tanpa diduga di penjara perempuan, dan (kehadiran peti mati itu) mengejutkan,” kata sang menteri beberapa jam sebelum dipecat.

Ia menjelaskan bahwa jasad Villalba, (39), yang kepalanya dihargai USD150.000, telah dibawa ke pemakaman di samping penjara, namun kerabatnya kemudian datang dan membawa jenazah itu ke penjara perempuan.

Didampingi oleh puluhan polisi antihuru-hara, jenazah itu lantas diizinkan masuk ke dalam penjara, di mana saudara perempuannya, Carmen, (50), diberi waktu lima menit untuk mengucapkan perpisahan terakhirnya.

Carmen baru menjalani satu tahun dari 18 tahun masa hukuman penjaranya karena menculik putri mantan Presiden Raul Cubas pada 2004.

Kementerian Kehakiman mengizinkan hal itu untuk “alasan kemanusiaan,” kata Taboada, yang mengungkapkan bahwa pada 2010, jasad putra seorang narapidana juga diizinkan dibawa ke penjara sebelum dimakamkan.

Sementara itu, EPP sendiri telah disalahkan atas pembunuhan sekira 80 tentara, polisi dan warga sipil, serta penculikan lebih dari selusin orang.

(Rahman Asmardika)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya