Kegiatan diskusi pemuda ini mengundang lima orang nara sumber, yaitu Amrih Widodo selaku pengajar senior Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) Canberra, Kristian Z. Octavianus selaku Ketua PPI Australian Capital Territory, Riandy Laksono selaku ketua PPI ANU, Tyrone Raul selaku ketua PPI University of Canberra dan Adeline Tinessia selaku Director National Australia Indonesia Language Awards (NAILA). Sementara bertindak sebagai moderator adalah Dodi Harendro dari fungsi Penerangan, Sosial dan Budaya KBRI Canberra. Diskusi dilaksanakan secara daring dan luring yang diikuti oleh para pengurus PPI se Australia dan para diaspora pemuda penggiat bahasa dan budaya.
Amrih menyampaikan bahwa diaspora Indonesia, meski banyak yang sudah berpaspor Australia, namun kecintaannya terhadap Indonesia tidak pernah pudar. Menurut Amrih, secara administratif mereka memang berkewarganegaraan Australia tapi secara budaya mereka berkewarganegaraan Indonesia.
“Saya ingin memberi contoh yang saya temui. Suatu hari Anggie, anak dari keluarga Indonesia yang kini berpaspor Australia, menunjukkan foto presiden Jokowi kepada temannya yang Australia. Dia mengatakan “He is my president” dengan bangganya. Ini suatu contoh kecil, meski Anggie berpaspor Australia, jiwanya tetap Indonesia dan selalu semangat mempromosikan bahasa dan budaya Indonesia”, tuturnya.
Sementara itu, Kristian Z. Octavianus selaku Ketua PPI Australian Capital Territory, menyampaikan pengalamannya mengenalkan bahasa Indonesia. Saat ini dirinya mengaku menjadi mitra pengajar bahasa Indonesia di salah satu akademi tentara Australia.
“Saya kenalkan makanan Indonesia kepada siswa tentara Australia sambil menjelaskan bahasa Indonesia, mereka suka sekali. Saya pikir kita perlu bergaul dengan lebih banyak lagi orang Australia, tidak hanya berkumpul dengan komunitas Indonesia saja, dengan begitu kita punya kesempatan lebih banyak untuk mengenalkan bahasa dan budaya. Seperti siswa tentara yang saya jumpai, ternyata mereka sangat suka gado-gado, dari situ mulailah saya menjelaskan bahasa Indonesia ke mereka”, jelasnya.