Benjamin Netanyahu, Eks Kapten Pasukan Elite yang Paling Lama Memimpin Israel

Widi Agustian, Jurnalis
Jum'at 04 November 2022 09:25 WIB
Benyamin Netanyahu. (Foto: Reuters)
Share :

Netanyahu memenangkan kepemimpinan Partai Likud dan terpilih sebagai perdana menteri untuk kedua kalinya pada Maret 2009.

Dia menyetujui 'pembekuan' pembangunan permukiman di Tepi Barat selama 10 bulan yang belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga memungkinkan pembicaraan damai dengan Palestina. Namun negosiasi gagal pada akhir tahun 2010.

Meskipun pada 2009 dia secara terbuka mengumumkan penerimaan bersyarat atas negara Palestina bersama Israel, ia kemudian memperkuat posisinya.

"Negara Palestina tidak akan terwujud, tidak seperti yang dibicarakan orang-orang. Itu tidak akan terjadi," katanya kepada stasiun radio Israel pada 2019.

Konflik di Jalur Gaza

Serangan Palestina dan aksi militer Israel berulang kali membawa Israel dalam konfrontasi di sekitar Jalur Gaza, sebelum dan sesudah Netanyahu kembali menjabat pada 2009.

Konflik keempat Israel dan Palestina yang meletus pada Mei 2021, menghentikan sementara upaya pihak-pihak yang menentang Netanyahu untuk menggulingkannya setelah serangkaian pemilihan yang tidak meyakinkan.

Israel telah empat kali berkonflik besar dengan militan Palestina di Jalur Gaza.

Meskipun selama konflik, Israel mendapat dukungan dari Amerika Serikat, sekutu dekatnya, hubungan Netanyahu dengan Presiden Barack Obama sedang renggang.

Hubungan mereka mencapai titik terendah ketika Netanyahu berpidato di depan Kongres pada Maret 2015, memperingatkan atas "kesepakatan buruk" yang timbul dari negosiasi AS dengan Iran mengenai program nuklirnya.

Pemerintah Obama mengecam pidato itu sebagai campur tangan dan merusak.

Ikatan dengan Donald Trump

Munculnya Presiden Donald Trump pada 2017 melahirkan keselarasan yang lebih erat antara kebijakan pemerintah AS dan Israel, dan dalam setahun Trump mengumumkan pengakuannya atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Langkah tersebut memicu kemarahan di seluruh Dunia Arab - yang mendukung klaim Palestina atas bagian timur Yerusalem yang diduduki Israel sepanjang perang Timur Tengah 1967.

Pada Januari tahun 2020, Netanyahu memuji cetak biru Trump untuk perdamaian antara Israel dan Palestina sebagai "peluang abad ini", meskipun ditolak oleh Palestina sebagai satu pihak saja.

Netanyahu juga bertemu langsung dengan Trump, menyambut penarikan presiden AS itu dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018 dan pemulihan sanksi ekonomi.

Namun Trump membuat pernyataan pedas tentang pemimpin Israel itu, dengan menuduhnya tidak setia, setelah Netanyahu memberi selamat kepada Joe Biden karena memenangi kursi kepresidenan pada November 2020.

Tuduhan korupsi

Setelah tahun 2018, Netanyahu dirundung oleh penyelidikan korupsi, yang memuncak dengan sangkaan suap, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan sehubungan dengan tiga kasus terpisah pada November 2019.

Netanyahu diduga telah menerima hadiah dari pengusaha kaya dan memberikan bantuan untuk mencoba mendapatkan pemberitaan yang lebih positif.

Dia menyangkal tuduhan itu dan mengatakan dia adalah korban dari kampanye hitam yang direkayasa oleh lawan-lawannya. Netanyahu lantas diadili pada Mei 2020.

Tapi persidangan itu merusak elektabilitasnya.

"Kami telah memenangkan mosi percaya yang besar dari rakyat Israel," katanya kepada para pendukung setelah hasil pemilihan menunjukkan perolehan suara yang unggul.

Untuk basis politiknya, kembali Netanyahu menandai dimulainya fajar baru yang lain.

(Widi Agustian)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya