"Ini untuk menargetkan tempat yang paling dibutuhkan di Rumah Tangga Kerajaan dan mencerminkan realitas situasi ekonomi yang dihadapi negara,” lanjutnya.
"Raja sangat menyadari tagihan biaya yang melonjak yang dihadapi orang-orang dan khawatir tentang kesejahteraan ekonomi staf istana yang setia dan melakukan apa yang dia bisa,” ujarnya.
Adapun Istana Buckingham menolak berkomentar.
Menanggapi hal ini, Graham Smith, dari kelompok Republik yang berkampanye untuk penghapusan monarki dan menyerukan kepala negara yang dipilih secara langsung, mengatakan bahwa Raja membantu staf dengan biaya hidup dengan bonus tambahan 50 poundsterling (Rp925.000) sebulan adalah "ofensif" dan "sebuah taktik untuk membujuk orang yang dia sayangi".
"Sementara semua orang menghadapi pemotongan pembayaran, layanan publik, dan tunjangan nyata, Charles menghindari pajak warisan dan membebani pembayar pajak puluhan juta setiap tahun," tambahnya.
Menurut akun kerajaan untuk 2020-2021, ada 491 staf setara penuh waktu di seluruh istana kerajaan yang dibayar dari Sovereign Grant, dengan tagihan upah mencapai 23,7 juta poundsterling (Rp434 miliar).
(Susi Susanti)