Berbicara kepada media, putra teroris tersebut menarik kesimpulan bahwa ayahnya "lebih membenci musuhnya daripada dia mencintai putranya".
Setelah diasuh seperti itu, Omar menderita gangguan bipolar dan mengatakan bahwa dia bahkan pernah mendengar suara ayahnya di kepalanya.
Omar berhasil melarikan diri pada April 2001 – kurang dari setengah tahun sebelum serangan 9/11. Dia mengklaim bahwa dia tidak pernah berbicara dengan ayahnya setelah melarikan diri.
Ketika ditanya mengapa ayahnya memilih dia untuk menjadi ahli warisnya, Omar mengatakan bahwa itu karena dia "lebih cerdas" daripada saudara laki-lakinya, yang mungkin menjadi alasan mengapa dia "masih hidup hari ini".
(Rahman Asmardika)