KUALA LUMPUR – Berbagai teori tentang misteri hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 bersama 239 orang pada 2014 banyak beredar. Dari 239 orang di dalam penerbangan itu, beberapa di antaranya adalah warga negara Indonesia (WNI).
(Baca juga: 4 Pesawat Terbang yang Hilang dan Tidak Pernah Ditemukan, Malaysia Airlines MH370 Masih Misteri)
Salah satu teori tersebut diungkapkan Gilles Diharce, pakar penerbangan yang juga mantan pengawas lalu lintas udara Angkatan Udara Prancis. Dia mengatakan kejadian itu bukanlah sebuah kecelakaan.
Menurutnya, penerbangan itu sengaja dijatuhkan oleh pilot di Arch Ketujuh, sebuah area di Samudera Hindia Selatan.
Diharce mengungkapkan teori terbaru ini setelah lebih dari delapan tahun tragedi hilangnya MH370 kepada The Sun Online, yang dilansir Selasa (13/12/2022).
Dia mengeklaim memiliki bukti yang membuktikan bahwa pesawat itu sengaja dijatuhkan oleh pilot di Arch Ketujuh.
Sebelumnya, teori resmi untuk hilangnya pesawat Boeing-777 menunjukkan bahwa pesawat melakukan putaran balik yang dramatis tak lama setelah komunikasi terakhirnya dengan kontrol lalu lintas udara, terbang berjam-jam sebelum jatuh ke Samudera Hindia.
Namun banyak yang percaya pesawat MH3870 tersebut dibajak, sementara yang lain mengeklaim pesawat itu dijatuhkan oleh Angkatan Udara AS atau bahwa pesawat itu dalam "mode jelajah" ketika jatuh. Banyak teori yang menyalahkan hilangnya pilot, Kapten Zaharie Ahmad Shah, sesuatu yang juga diyakini oleh Diharce.
Tetapi penjelasannya berbeda dari yang lain, menunjukkan alih-alih pesawat meluncur dengan "death spiral" berkecepatan tinggi ke tempat yang dikenal sebagai Arc Ketujuh, pilot mencoba melakukan "soft ditching"—pendaratan darurat terkontrol—selama penurunan terakhirnya ke laut.
Teori Diharce mengeklaim bahwa pada saat-saat terakhirnya, pilot dapat menyalakan sistem daya cadangan pesawat untuk mendapatkan kembali kendali pesawat ketika kedua mesin gagal berfungsi karena kehabisan bahan bakar.
Hal ini akan menjelaskan mengapa sistem komunikasi pesawat tiba-tiba menyala dan mencoba terhubung ke sistem satelit; Inmarsat. Diharce yakin pilot kemudian mendaratkan pesawat dalam luncuran terkendali. Tapi itu tidak berjalan sesuai rencana dan air yang berombak menyebabkan pesawat terbelah menjadi dua atau tiga bagian.
Diharce percaya luncuran itu adalah upaya yang disengaja untuk menenggelamkan reruntuhan dengan puing-puing sesedikit mungkin.
“Mengapa seseorang ingin menerbangkan pesawat ke tengah Samudera Hindia?” tanya pakar tersebut.
“Mungkin orang yang mengendalikan pesawat tidak ingin ada orang yang menemukan pesawat itu di masa depan. Menghilang tanpa jejak," ujarnya. Jika teorinya benar, itu juga berarti pesawat itu bisa saja jatuh ke bagian Samudra Hindia Selatan yang belum diteliti.
Dia menduga, sekitar tujuh jam setelah MH370 hilang dan hampir kehabisan bahan bakar, pilot melakukan tindakan sengaja menjatuhkan pesawat dan seluruh penumpangnya. Selama penyelaman tiba-tiba, sistem komunikasi SATCOM pesawat dihidupkan ulang dan permintaan untuk bergabung dengan jaringan Inmarsat menunjukkan seseorang masih memegang kendali selama saat-saat terakhir penerbangan.
"Itu mengirim pesan ke satelit untuk menyambung kembali ke jaringan sehingga daya terputus dalam delapan menit ini," kata Diharce.
Dia juga meyakini pilot bisa menyalakan pesawat ke sistem cadangan yang disebut APU untuk dapat mendaratkannya dalam mode meluncur.
“Untuk membuang pesawat, Anda harus memiliki kendali yang lebih baik terhadap pesawat. Kalau tidak punya mesin, sangat sulit untuk menerbangkan pesawat dan sangat berat untuk terbang,” ujarnya.
“Jika Anda mengaktifkan APU, Anda mendapatkan kembali daya listrik normal dari semua kontrol penerbangan dan Anda mendapatkan kembali kontrol penuh dengan kontrol fly-by-wire," paparnya.
“Itu akan menjelaskan gangguan daya pada sistem SATCOM dan mengapa mencoba menyambung kembali,”sebutnya.
Dia percaya pesawat meluncur ke laut bukan "death spiral" yang disarankan dalam laporan resmi setelah mesin kanan "flamed out" karena kekurangan bahan bakar. Dengan hanya mesin kiri yang masih berfungsi, pilot harus menggunakan kemudi pesawat agar tetap lurus agar tidak berputar dalam kecelakaan berkecepatan tinggi.
Lebih lanjut dia mengatakan, kurangnya puing-puing dari kecelakaan itu juga menunjukkan upaya ditching dan bahwa MH370 bisa pecah menjadi dua atau tiga bagian.
“Para pejabat membuat beberapa asumsi untuk menentukan area pencarian. Di Arc Ketujuh, kita tahu pesawat mengirim pesan ke satelit untuk mendapatkan kembali kontak," ujarnya.
“Mereka menganggap bahwa itu adalah kecelakaan berkecepatan tinggi pada akhirnya. Saya tidak sepenuhnya yakin akan hal itu,”sambungnya.
Di sisi lain, dia menyerahkan temuannya ke Biro Penyelidikan dan Analisis Prancis untuk Keselamatan Penerbangan Sipil, dan kepada otoritas Australia dan Malaysia. Ocean Infinity telah mengusulkan pencarian terakhir pada tahun 2023 dan Diharce berharap area pencarian barunya akan dipertimbangkan.
(Fahmi Firdaus )