Maraknya KDRT di India: Berakar Pada Budaya Patriarki yang Dimaklumi Mayoritas Warga

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Jum'at 06 Januari 2023 07:01 WIB
Ilustrasi/Foto: BBC
Share :

"Ada gagasan sosial yang permanen tentang bagaimana seorang perempuan harus berperilaku: dia harus selalu berada di bawah pria, selalu tunduk dalam pengambilan keputusan, harus melayani dia dan dia harus berpenghasilan lebih rendah dari pria, di antara banyak hal lainnya.

Dan penerimaan untuk situasi kebalikannya sangat rendah. Jadi, jika seorang wanita menantangnya, maka tidak apa-apa bagi suami untuk menunjukkan kepada dia 'posisi yang sepantasnya.'"

Patriarki menghantui pikiran wanita India

Alasan mengapa lebih banyak perempuan membenarkan pemukulan istri, katanya, adalah karena "patriarki memperkuat norma-norma gender dan perempuan menyerap gagasan yang sama, keyakinan mereka dibentuk oleh keluarga dan masyarakat".

Kuckreja mendirikan Vanangana, sebuah badan amal yang telah bekerja selama seperempat abad dengan para perempuan yang dianiaya di Bundelkhand di India utara - salah satu daerah termiskin di negara itu.

Dia mengatakan ada nasihat populer yang diberikan kepada mempelai perempuan saat baru menikah: "Kamu memasuki rumah tangga dengan tandu, maka kamu hanya boleh pergi dengan usungan keranda jenazah".

Jadi kebanyakan perempuan, bahkan yang sering dipukuli, menerima kekerasan sebagai takdir mereka dan tidak melaporkannya.

"Meskipun ada lebih banyak pelaporan dalam dekade terakhir, pemukulan istri masih sangat kurang dilaporkan di India. Kasus-kasus seperti itu sulit untuk dilaporkan dan dicatat. Kebanyakan orang masih akan mengatakan bahwa 'apa yang terjadi di rumah harus tetap di rumah'.

Jadi, perempuan tidak disarankan untuk melapor ke polisi," kata Kuckreja. Juga, mereka tidak punya tempat untuk pergi jika meninggalkan rumah tangga mereka, lanjutnya.

"Orang tua sering tidak menerima mereka karena stigma dan, dalam banyak kasus, karena mereka miskin dan tidak mampu memberi makanan tambahan.

Tidak ada sistem pendukung, beberapa rumah penampungan dan kompensasi yang diberikan kepada wanita terlantar sangat sedikit - seringkali dalam kisaran 500 hingga 1500 rupee (sekitar Rp284 ribu), yang tidak cukup bagi seorang wanita untuk bertahan hidup, apalagi memberi makan anak-anaknya."

(Nanda Aria)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya