RUSIA - Kementerian Pertahanan Rusia menyebutkan sejumlah besar tentara Rusia meninggal dalam serangan Ukraina di barak sementara di kota Makiivka, Ukraina yang diduduki.
Jumlah korban tewas sebanyak 89 orang, menjadikannya satu-satunya korban jiwa tertinggi yang diakui oleh Moskow sejak perang dimulai.
Kerabat korban tewas, serta beberapa politisi dan komentator, mengungkapkan kemarahan atas apa yang terjadi di Makiivka. Mereka menyalahkan pejabat militer yang tidak kompeten. Insiden itu terjadi pada Malam Tahun Baru - hari libur terpenting dalam kalender Rusia.
Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan Menteri Pertahanannya Patriark Kirill untuk memberlakukan gencatan senjata selama 36 jam di garis depan Ukraina, mulai Jumat (6/1/2023) waktu setempat.
Gencatan senjata, yang dijadwalkan mulai pukul 12:00 waktu Moskow (09:00 GMT), akan bertepatan dengan Natal Ortodoks Rusia.
Pernyataan Kremlin tampaknya menekankan bahwa Putin memerintahkan pasukannya untuk berhenti berperang bukan karena dia menurunkan ketegangan - Putin tidak pernah menurunkan ketegangan - tetapi karena dia telah mendengarkan seruan dari kepala Gereja Ortodoks Rusia.
Menanggapi hal ini, Ukraina menolak tawaran gencatan senjata Rusia selama 36 jam. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan gencatan senjata yang ditawarkan Presiden Rusia Vladimir Putin itu merupakan upaya untuk menghentikan kemajuan militer negaranya.
Dalam pidato video malamnya, Zelensky mengatakan bahwa Rusia ingin menggunakan gencatan senjata sebagai ‘kedok’ untuk menghentikan kemajuan Ukraina di wilayah Donbas timur dan membawa lebih banyak orang dan peralatan.
"Apa yang akan memberi mereka? Hanya satu lagi peningkatan total kerugian mereka," teranganya, dikutip BBC. Tidak seperti biasanya, dia menyampaikan komentarnya dalam bahasa Rusia, bukan bahasa Ukraina.
(Susi Susanti)