Resolusi Parlemen Eropa tersebut, pada Kamis (19/1/2023), disetujui setelah meluasnya demonstrasi anti-pemerintah di Iran yang telah berlangsung selama empat bulan terakhir. Demonstrasi itu dipicu oleh kematian Mahsa Amini, seorang perempuan Kurdi-Iran berusia 22 tahun yang meninggal dalam tahanan polisi, tiga hari setelah ia ditangkap polisi moral karena tidak mengenakan jilbab secara benar pada 16 September 2022.
Demonstrasi itu dengan cepat meningkat menjadi seruan untuk menggulingkan teokrasi di Iran. Rangkain aksi protes tersebut menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi pemerintah Iran dalam lebih dari empat dekade.
Tanpa menunjukkan bukti apapun, Iran menuduh Amerika Serikat dan kekuatan asing berada di balik kerusuhan di negara itu.
Para demonstran mengatakan mereka muak dengan represi sosial dan politik, korupsi dan krisis ekonomi akibat salah urus dalam tata kelola pemerintahan serta penerapan sejumlah sanksi yang dilakukan pihak Barat.
Uni Eropa dengan tegas mengutuk kekerasan yang digunakan selama demonstrasi itu.
(Susi Susanti)