"Ketika saya mendengar kabar ia akan mengundurkan diri, hmmm sebenarnya ibu saya yang memberitahu… Di satu sisi saya sangat sedih, tetapi kemudian jadi marah ketika melihat reaksi dan tanggapan terhadap pengumumannya. Saya jadi bertanya-tanya mengapa ia merasa tidak memiliki cukup tenaga untuk memimpin? Di saat seperti ini lah kita, sebagai sesama perempuan, seharusnya saling memberi dukungan. Namun demikian saya menghargai keputusannya dan berharap dapat bertemu lagi dengannya sebagai teman. Saya harap warisan yang ditinggalkannya akan membuat lebih banyak perempuan muda Selandia Baru mengisi peran kepemimpinan yang ada," lanjutnya.
Hal senada disampaikan Anjhula Mya Singh Baiks, Ketua Dewan Internasional di Amnesty International.
"Pemimpin yang baik mengenal dirinya sendiri. Jika ia tidak lagi memiliki cukup tenaga, sebagaimana yang disampaikannya, maka merupakan suatu hal yang etis ketika mundur dan memberi kesempatan bagi orang lain. Jadi pada dasarnya ia mencontohkan apa yang harus dipelajari para pemimpin laki-laki. Saya sangat terkesan,” ungkapnya.
(Susi Susanti)