Cegah Bencana Tumpahan Minyak Dahsyat di Lepas Pantai Yaman, PBB Beli Kapal Besar Seharga Rp2 Triliun

Susi Susanti, Jurnalis
Jum'at 10 Maret 2023 09:40 WIB
Kapal tanker yang membawa 1 juta barel minyak mentah terbengkalai di lepas pantai Yaman (Foto: Handout/Eurasia Review)
Share :

YAMANPerserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah membeli sebuah kapal besar yang diharapkan akan mencegah bencana lingkungan di lepas pantai Yaman.

Selama bertahun-tahun, lebih dari satu juta barel minyak mentah berada di atas supertanker yang membusuk di Laut Merah.

Ada kekhawatiran kapal itu akan segera pecah atau meledak. Ini akan mempertaruhkan salah satu tumpahan minyak terburuk dalam ingatan baru-baru ini.

Namun pada Kamis (9/3/2023), PBB mengatakan telah membeli sebuah kapal pengangkut minyak mentah yang akan menuju ke Yaman dan mengeluarkan minyak dari kapal yang tertimpa musibah.

PBB telah mencari solusi selama bertahun-tahun dan meminta sumbangan. Operasi pembelian itu diperkirakan menelan biaya USD129 juta (Rp2 triliun) yang mana USD75 juta (Rp1,2 triliun) telah diterima dan USD20 juta (Rp309 miliar) lainnya telah dijanjikan.

"Pembelian kapal yang cocok ini ... menandai awal dari tahap operasional rencana untuk memindahkan minyak dengan aman dan menghindari risiko bencana lingkungan dan kemanusiaan," kata Achim Steiner dari Program Pembangunan PBB (UNDP), dikutip BBC.

Dia menambahkan pembelian itu adalah "terobosan besar".

"Biar saya perjelas - ini adalah operasi yang berisiko dan ada yang bisa salah,” ungkapnya kepada wartawan pada Kamis (9/3/2023).

Dia menambahkan bahwa pembelian itu masih bisa ditangguhkan jika mereka gagal mengumpulkan dana yang cukup.

Sebuah pernyataan UNDP mengatakan kapal - yang dibeli dari perusahaan tanker besar Euronav - sedang menjalani perawatan rutin di China dan akan tiba untuk beroperasi pada awal Mei mendatang.

"Tumpahan besar akan menghancurkan komunitas nelayan di pantai Laut Merah Yaman, kemungkinan besar akan memusnahkan 200.000 mata pencaharian secara instan. Seluruh komunitas akan terpapar racun yang mengancam jiwa. Udara yang sangat tercemar akan memengaruhi jutaan orang," terang pernyataan itu.

Organisasi tersebut menambahkan bahwa potensi tumpahan minyak dapat menelan biaya hingga USD20 miliar (Rp310 triliun) untuk dibersihkan.

Kapal yang terdampar - FSO Safer - ditinggalkan di lepas pantai pelabuhan Hodeida setelah pecahnya perang sipil Yaman pada 2015. Sejak saat itu kapal tersebut tidak lagi diservis.

Kapal itu dibangun sebagai supertanker pada 1976 dan kemudian diubah menjadi penyimpanan minyak terapung. Kapal itu berlabuh di dekat terminal minyak Ras Isa, yang dikendalikan oleh gerakan pemberontak Houthi Yaman.

Kapal sepanjang 376 m (1.233 kaki) itu menampung sekitar 1,14 juta barel minyak mentah.

Integritas struktural Safer telah memburuk secara signifikan sejak operasi pemeliharaan dihentikan pada tahun 2015, ketika Houthi merebut sebagian besar Yaman dan koalisi pimpinan Saudi melakukan intervensi untuk mendukung pemerintah. Konflik berikutnya dilaporkan telah menewaskan lebih dari 150.000 orang dan menyebabkan lebih dari 23 juta orang membutuhkan bantuan.

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya