Tahanan Ukraina dilaporkan dipukuli dengan sekop, ditusuk, disetrum, dan dicekik.
"Beberapa dari mereka kehilangan gigi atau jari, tulang rusuk, jari atau hidung patah," kata laporan itu.
"Mereka tidak hanya memukuli kami, mereka menghancurkan kami. Mereka menggunakan tinju, kaki, pentungan, alat kejut listrik. Ada POW yang lengan atau kakinya patah," ujar seorang tahanan pria.
Moskow dan Kyiv telah saling menuduh menganiaya tawanan perang sejak Presiden Rusia Vladimir Putin menginvasi lebih dari setahun yang lalu.
Komisaris hak asasi manusia parlemen Ukraina Dmytro Lubinets mengatakan pada Jumat (24/3/2023) bahwa dia "terkejut" dengan tuduhan terhadap pasukan Ukraina dan mengatakan dia belum diberitahu tentang mereka sebelumnya.
Di Telegram, dia menulis bahwa dia ingin "mengetahui fakta dan argumen yang tak terbantahkan yang menjadi dasar kesimpulan" laporan PBB.
Dalam pernyataan terpisah pada Jumat (24/3/2023), Kementerian Luar Negeri Kyiv berterima kasih kepada pemantau PBB atas pekerjaan mereka tetapi menekankan bahwa Ukraina "berharap misi PBB akan menghindari langkah apa pun yang dapat ditafsirkan sebagai menyamakan korban dan agresor".
(Susi Susanti)