ANKARA – Pemerintah Turki pada Sabtu, (25/3/2023) mengecam aksi penodaan Alquran dan bendera Turki di Kopenhagen, Denmark. Ini adalah kejadian kedua penodaan Alquran di Denmark pada tahun ini.
Insiden pada Jumat, (24/3/2023) malam adalah kejahatan rasial, kata Kementerian Luar Negeri, menekankan bahwa Türkiye tidak akan pernah menerima "tindakan keji yang diizinkan dengan kedok kebebasan berekspresi."
"Tindakan ini, yang dilakukan di (bulan suci Islam) Ramadhan, sekali lagi dengan jelas mengungkapkan bahwa Islamofobia, diskriminasi, dan xenofobia telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan di Eropa dan tidak ada pelajaran yang diambil dari masa lalu," tambah kementerian dalam pernyataan yang dilansir Daily Sabah.
Kementerian mendesak pihak berwenang Denmark untuk mengambil tindakan segera terhadap para pelaku dan tindakan nyata untuk mencegah provokasi lebih lanjut yang mengancam keharmonisan sosial dan hidup berdampingan secara damai.
Aksi di Kopenhagen itu itu dilakukan oleh kelompok anti-Muslim sayap kanan Patrioterne Gar Live, yang menampilkan spanduk Islamofobia saat melakukan penodaan Alquran dan bendera Turki di depan Kedutaan Besar Turki di Kopenhagen. Kelompok sayap kanan itu juga menyiarkannya secara langsung di halaman Facebook mereka.
Selain Turki, Qatar juga mengecam insiden penodaan Alquran di Kopenhagen itu.
Dalam sebuah pernyataan, yang dilansir Anadolu, Kementerian Luar Negeri Qatar menggambarkan insiden itu sebagai "tindakan penghasutan yang keji" dan provokasi terhadap perasaan umat Islam di seluruh dunia.
Kementerian menambahkan bahwa tindakan seperti itu memicu kebencian dan kekerasan serta "mengancam nilai-nilai hidup berdampingan secara damai."
Beberapa bulan terakhir telah terjadi beberapa tindakan pembakaran Alquran, atau upaya untuk melakukannya, oleh tokoh atau kelompok Islamofobia di Eropa utara dan negara-negara Nordik.
Pada Januari, ultranasionalis, ekstrimis sayap kanan dan politisi rasis Rasmus Paludan juga membakar Alquran di depan Kedutaan Besar Turki di Stockholm dan di depan sebuah masjid di Kopenhagen.
Türki memanggil duta besar Denmark atas insiden tersebut.
Beberapa hari setelah Paludan, ekstrimis sayap kanan lainnya Edwin Wagensveld, pemimpin partai anti-Islam PEGIDA, merobek Alquran sebelum membakarnya pada demonstrasi di Enschede, Belanda.
Penodaan Alquran sejak itu mengundang kemarahan dan kecaman di seluruh dunia dan menyerukan diakhirinya otorisasi protes Islamofobia.
(Rahman Asmardika)