YERUSALEM - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menghentikan rencananya untuk merombak peradilan Israel setelah berhari-hari kekacauan nasional dan protes besar-besaran melanda Negara Zionis itu. Para pekerja bergabung dengan pemogokan umum menentang proposal tersebut dan ratusan ribu pengunjuk rasa turun ke jalan menentang rencana Netanyahu.
Rencana koalisi agama nasionalis Israel untuk menyerahkan kendali atas penunjukan yudisial kepada eksekutif sambil memberi parlemen kekuatan untuk membatalkan putusan Mahkamah Agung telah memicu salah satu krisis internal terbesar dalam sejarah Israel.
Mengumumkan keputusannya pada Senin, (27/3/2023) malam untuk menangguhkan rencana tersebut sampai parlemen kembali setelah libur Paskah dan Hari Kemerdekaan bulan depan, Netanyahu mengatakan krisis tersebut mengharuskan semua pihak untuk bertindak secara bertanggung jawab.
"Masyarakat Israel berada di jalur benturan yang berbahaya. Kami berada di tengah krisis yang membahayakan persatuan dasar di antara kami," katanya dalam pidato televisi, sebagaimana dilansir Reuters.
Saat dia berpidato, kerumunan besar telah berkumpul di Yerusalem dan Tel Aviv, termasuk demonstrasi balasan besar-besaran oleh pendukung sayap kanan perombakan tersebut. Kehadiran mereka memicu ketakutan akan kemungkinan kekerasan antara kedua belah pihak, tetapi malam itu berlalu tanpa ada laporan kekerasan besar.