Seperti diketahui, pertempuran pecah pada 15 April lalu sebagai akibat perebutan kekuasaan yang sengit antara tentara reguler dan RSF.
Komandan Angkatan Darat Jenderal Abdel Fattah al-Burhan dan kepala RSF Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, yang lebih dikenal sebagai Hemedti, tidak setuju dengan usulan negara untuk pindah ke pemerintahan sipil, dan khususnya tentang jangka waktu masuknya 100.000 RSF yang kuat ke dalam tentara.
Kedua faksi takut kehilangan kekuasaan di Sudan karena di kedua belah pihak ada orang yang bisa diadili di Pengadilan Kriminal Internasional atas kejahatan perang yang dilakukan di Darfur hampir 20 tahun lalu.
(Susi Susanti)