PRESIDEN pertama RI Ir Soekarno sering melantangkan pesan soal pentingnya membaca.
Membaca majalah atau surat kabar pun faedahnya tetap sama sebagai jendela dunia, tidak harus membaca buku. Bung Karno tidak sekadar kasih nasihat, tapi juga memberi keteladanan.
Seperti saat Soekarno berpidato di hadapan para wartawan di Istana Bogor, 25 November 1965. Presiden Soekarno bukan bermaksud pamer, tapi memberi contoh dia punya buku serta literatur lain yang tak terhingga jumlahnya, hingga menyesaki kamar tidurnya.
Berikut potongan nasihat Bung Karno tentang pentingnya membaca bagi rakyat Indonesia dalam pidatonya di Istana Bogor, 25 November 1965, seperti ditulis dalam buku ‘Revolusi Belum Selesai: Kumpulan Pidato Presiden Soekarno 30 September 1965 – Pelengkap Nawaksara’:
“...Saya ini boleh dikatakan sebagian dari pada hidup saya itu pekerjaan cuma membaca, membaca, membaca, membaca, membaca. Sebab, membaca menambah pengetahuan kita. membuat kita manusia kultur yang tinggi nilainya.
...Apakah Saudara-saudara pernah membaca Thomas Carlyle di dalam ia punya kitab ‘Heroes and Hero Worship’? Di situ Carlyle berkata: ‘Books are the university of our days’...Jadi meskipun umpamanya bukan keluaran universitas, jangan kecil hati. Bacalah buku, bacalah buku, bacalah buku sebanyak mungkin untuk upgrade Saudara punya diri.
Coba ngelongok dalam saya punya kamar tidur. Penuh dengan buku dan majalah. Sampai saya kadang-kadang, bagaimana saya mesti meringkuk di dalam? Bukan buku dan majalah itu di lemari, di tempat tidur saya. Saya tidur di antara buku dan di antara majalah-majalah.
Saya anggap penting selalu membaca kapanpun saya telah katakan mempunyai, mengetahui ilmu pengetahuan sedikit-sedikit, meskipun saya telah diberi gelar Doctor Honoris Causa 27 kali oleh universitas-universitas. Membaca, belajar itu tidak ada batas usia. Meskipun kita telah jambul wanen, sudah tua, belajar dan membaca selalu bermanfaat,”
Nah, sudah ngerti betapa pentingnya membaca? Jangankan Bung Karno, Rasul-nya umat Islam, Nabi Muhammad SAW saja ketika mendapat wahyu pertama di usia 40 tahun via perantara Malaikat Jibril, isi perintahnya Iqro’ alias membaca.
Wahyu pertama yang turun dalam Surah Al-‘Alaq ayat 1-5, di mana isi terjemahannya: “Iqra’ (bacalah) dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Iqra’ (bacalah), dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah, Sang Mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
(Angkasa Yudhistira)