Pernah Diremehkan, Nangka Selamatkan Warga Sri Lanka dari Kelaparan saat Krisis Ekonomi

Arief Setyadi , Jurnalis
Rabu 12 Juli 2023 08:24 WIB
Buah nangka (Foto: Boldsky)
Share :

Profesor Moa De Zoysa, 75, seorang ilmuwan politik terkemuka dari stasiun bukit Kandy, terkena dampak langsung. Dia kesulitan mendapatkan obat dari India demi mengobati kondisi fibrosis paru-parunya sampai akhirnya meninggal sembilan bulan lalu.

“Dia frustasi karena terus-terusan tertunda mendapat obat, tapi dia terus menulis buku. Dia tahu bahwa dia akan meninggal karena kondisinya tidak mudah disembuhkan,” kata istrinya, Malini de Zoysa.

"Tapi pada bulan-bulan terakhir semestinya situasinya bisa jadi tidak terlalu membuat stres andai semuanya normal. Kami berjuang membayar utang yang sangat besar setelahnya.”

Kesulitan ini juga terlihat di dalam satu-satunya rumah sakit spesialis kanker di Kolombo.

Pasien kanker payudara berusia 48 tahun, Ramani Asoka dan suaminya khawatir soal sesi kedua kemoterapi yang dijadwalkan bulan depan.

“Bepergian ke sini saja sudah mahal, padahal selama ini kami diberi obat gratis oleh pihak rumah sakit. Sekarang kami harus membelinya di apotik dan stoknya tidak ada,” kata Ramani Asoka.

Menteri Kesehatan Sri Lanka, Keheliya Rambuwella, memperingatkan bahwa harga yang tinggi dan kelangkaan obat-obatan "tidak bisa segera diatasi sepenuhnya".

"Bayangkan kami memiliki pilihan sulit untuk memutuskan apa yang akan diimpor dari cadangan uang tunai yang sedikit -- makanan atau obat-obatan? Kami harus membawa makanan untuk menghindari krisis kelaparan yang membayangi. Situasinya sedikit mereda sekarang dan akan membaik secara bertahap," janjinya.

Orang-orang pun harus berjuang sendiri untuk bertahan hidup.

Nangka dulunya "dibiarkan membusuk" di tanah, kata Karuppaiya.

"Satu panci nangka kukus cukup untuk menghidupi kami berlima sepanjang hari," katanya.

Karuppaiya mendapatkannya melalui 'kesepakatan' yang unik dengan tetangganya karena dia tidak memiliki pohon nangka di lahannya.

“Saya tidak pernah meminta dibayar untuk memanjat pohon nangka dan memetik buahnya, bahkan jika orang lain bersedia membayar sekalipun. Saya lebih memilih membawa pulang salah satu nangka itu.”

Karuppaiya pun menaruh kepercayaannya pada alam, di tengah segala kekacuan politik dan ekonomi ini. “Pohon nangka dan kelapa seperti ibu dan ayah bagi saya,” katanya.

(Arief Setyadi )

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya