LONDON - Jack the Ripper, pembunuh berantai yang meneror London pada era Victoria dan tidak pernah tertangkap, adalah seorang pembuat cerutu yang menderita epilepsi dan mengalami kecanduan alkohol serta menjadi gila karena cedera yang membuatnya kehilangan pekerjaan, klaim peneliti Sarah Bax Horton.
Berbicara kepada Sunday Telegraph, Bax Horton, yang merupakan keturunan dari seorang sersan polisi yang menyelidiki rangkaian pembunuhan tak terpecahkan oleh Jack The Ripper, mengatakan bahwa bukti baru yang ditemukan dari "karakteristik fisik yang khas" menunjukkan bahwa seorang pria Hyam Hyams sebagai sang pembunuh legendaris. Hal itu disampaikan Horton mempromosikan bukunya “One-Armed Jack: Uncovering the Real Jack the Ripper” yang akan diterbitkan.
Rekam medis Hyams, yang diperoleh dari "berbagai rumah sakit dan rumah sakit jiwa," cocok dengan deskripsi saksi tentang seorang pria berusia tiga puluhan dengan tinggi sedang dan bertubuh dengan lengan kaku, lutut tertekuk, dan gaya berjalan yang tidak teratur, jelas Bax Horton, sebagaimana dilansir RT.
File Hyams menyebutkan cedera yang membuatnya tidak dapat "menekuk atau merentangkan" lengan kirinya serta ketidakmampuan untuk meluruskan lututnya yang mengakibatkan gaya berjalan asimetris, menyeret kaki, yang menurut Bax Horton disebabkan oleh "beberapa kerusakan otak akibat epilepsinya.”