Tampil di TV, Jenderal Abdourahmane Tchiani Deklarasikan Diri Sebagai Pemimpin Usai Kudeta Niger yang Dramatis

Susi Susanti, Jurnalis
Sabtu 29 Juli 2023 09:57 WIB
Pemimpin baru Niger tampil di TV usai kudeta yang dramatis (Foto: AFP)
Share :

NIGER - Jenderal Abdourahmane Tchiani telah menyatakan dirinya sebagai pemimpin baru Niger setelah kudeta yang dramatis.

Jenderal yang juga dikenal sebagai Omar Tchiani ini melakukan pengambilalihan yang dimulai pada Rabu (26/7/2023) ketika unit pengawal presiden yang dipimpinnya menangkap pemimpin negara tersebut.

Presiden terguling Mohamed Bazoum adalah pemimpin terpilih pertama Niger yang menggantikan presiden yang lain sejak kemerdekaan pada 1960.

Bazoum saat ini diperkirakan dalam keadaan sehat, dan masih disekap oleh pengawalnya sendiri.

Dia telah dianggap sebagai sekutu utama oleh negara-negara Barat dalam perang melawan militan Islam di wilayah tersebut.

Jenderal Tchiani, 62, telah memimpin pengawal presiden sejak 2011 dan dipromosikan menjadi jenderal pada 2018 oleh mantan Presiden Mahamadou Issoufou.

Dia juga dikaitkan dengan upaya kudeta pada 2015 terhadap mantan presiden, tetapi muncul di pengadilan untuk menyangkalnya.

Berbicara dalam pidato yang disiarkan televisi, Jenderal Tchiani mengatakan junta mengambil alih karena beberapa masalah di Niger, antara lain ketidakamanan, kesengsaraan ekonomi dan korupsi.

Dia juga berbicara kepada sekutu global Niger, dengan mengatakan junta akan menghormati semua komitmen internasional negara itu, serta hak asasi manusia.

Tapi junta memiliki kata-kata keras bagi mereka yang menentang mereka, menuduh anggota pemerintah terguling yang berlindung di kedutaan asing berkomplot melawan mereka.

Mereka mengatakan upaya semacam itu akan menyebabkan pertumpahan darah, yang sejauh ini dapat dihindari.

Kehidupan di ibu kota Niamey sebagian besar telah kembali normal dengan pasar dan toko buka, tetapi pegawai negeri diminta untuk pulang.

Sementara itu, warga Niger memiliki perasaan campur aduk tentang kudeta tersebut, dengan beberapa mengatakan ketidakamanan di negara itu tidak cukup parah untuk membenarkan kudeta. Tetapi yang lain telah mendukung junta.

Kudeta Niger adalah yang terbaru dalam gelombang pengambilalihan militer yang melanda wilayah Afrika Barat dalam beberapa tahun terakhir, menggulingkan pemerintah di negara-negara termasuk Mali, Guinea dan Burkina Faso.

Itu juga merupakan pukulan besar bagi kepemimpinan Ecowas. Hanya dua minggu lalu, ketua blok tersebut, Presiden Bola Tinubu, memperingatkan bahwa terorisme dan pola kudeta yang muncul di Afrika Barat telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan dan menuntut tindakan bersama yang mendesak.

Semengtara itu, Prancis - bekas kekuatan kolonial - mengatakan tidak mengakui pemimpin kudeta mana pun dan hanya akan mengakui Bazoum sebagai kepala negara.

"Kami mengulangi dengan tegas permintaan jelas masyarakat internasional untuk pemulihan segera tatanan konstitusional dan kekuasaan sipil yang dipilih secara demokratis," bunyi pernyataan dari kementerian luar negeri Prancis, dikutip BBC.

Kudeta tersebut juga dikecam oleh badan-badan internasional termasuk Uni Afrika, blok regional Afrika Barat (Ecowas), Uni Eropa dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Namun, pemimpin kelompok tentara bayaran Wagner Rusia dilaporkan memuji kudeta tersebut, menggambarkannya sebagai sebuah kemenangan.

"Apa yang terjadi di Niger tidak lain adalah perjuangan rakyat Niger dengan penjajah mereka," kata Yevgeny Prigozhin seperti dikutip di saluran Telegram yang berafiliasi dengan Wagner.

BBC belum dapat memverifikasi keaslian komentarnya yang dilaporkan.

Kelompok Wagner diyakini memiliki ribuan pejuang di negara-negara termasuk Republik Afrika Tengah (CAR) dan Mali, di mana mereka memiliki kepentingan bisnis yang menguntungkan tetapi juga mendukung hubungan diplomatik dan ekonomi Rusia. Pejuang Wagner telah dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang meluas di beberapa negara Afrika.

Saat ini ada kekhawatiran di Barat tentang negara mana yang akan disejajarkan dengan pemimpin baru. Tetangga Niger, Burkina Faso dan Mali, sama-sama berpaling ke Rusia sejak kudeta mereka sendiri.

Ini adalah kudeta kelima di Niger sejak memperoleh kemerdekaan dari Prancis pada 1960, di atas upaya pengambilalihan yang gagal lainnya.

(Susi Susanti)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya