ROMA - Empat puluh satu migran tewas dalam kecelakaan kapal di Pulau Lampedusa, Italia, kata para penyintas kepada media setempat.
Empat orang yang selamat dari bencana tersebut memberi tahu penyelamat bahwa mereka berada di atas kapal yang berangkat dari Sfax di Tunisia dan tenggelam dalam perjalanan ke Italia. Keempat penyintas itu berasal dari Pantai Gading dan Guinea, mencapai Lampedusa pada Rabu, (9/8/2023).
Lebih dari 1.800 orang tewas sepanjang tahun ini dalam penyeberangan dari Afrika Utara ke Eropa.
Para penyintas - tiga pria dan seorang wanita - memberi tahu penyelamat bahwa mereka berada di atas kapal yang membawa 45 orang, termasuk tiga anak, menurut laporan BBC.
Mereka mengatakan kapal yang panjangnya sekira 7 meter itu meninggalkan Sfax pada Kamis, (3/8/2023) pekan lalu, tetapi tenggelam dalam beberapa jam setelah dihantam gelombang besar. Hanya 15 orang yang diketahui telah mengenakan pelampung.
Mereka menambahkan bahwa mereka diselamatkan oleh kapal kargo dan kemudian dipindahkan ke kapal penjaga pantai Italia.
Penjaga pantai Italia melaporkan dua kapal karam di daerah tersebut pada Minggu, (6/8/2023) tetapi tidak jelas apakah kapal ini salah satunya.
Pihak berwenang Tunisia mengatakan Sfax, sebuah kota pelabuhan sekira 130 km dari Lampedusa, merupakan gerbang populer bagi para migran yang mencari keselamatan dan kehidupan yang lebih baik di Eropa.
Dalam beberapa hari terakhir, kapal patroli Italia dan kelompok amal telah menyelamatkan 2.000 orang lainnya yang telah tiba di Lampedusa.
Tunisia telah mengalami gelombang rasisme terhadap orang kulit hitam Afrika dalam beberapa bulan terakhir dan upaya untuk meninggalkan negara itu dengan perahu telah meningkat.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mencatat lebih dari 17.000 kematian dan orang hilang di Mediterania tengah sejak 2014, menjadikannya penyeberangan migran paling berbahaya di dunia.
Bulan lalu, Uni Eropa menandatangani kesepakatan senilai USD118 juta dengan Tunisia dalam upaya mengekang migrasi "tidak teratur". Uang itu akan digunakan untuk upaya menghentikan penyelundupan, memperkuat perbatasan dan mengembalikan migran.
Pemerintah sayap kanan Italia telah mengadopsi kebijakan yang memaksa kapal penyelamat untuk berlabuh di pelabuhan lebih jauh, daripada membiarkan mereka menurunkan migran yang diselamatkan di Lampedusa atau Sisilia.
Dikatakan tujuannya adalah untuk menyebarkan kedatangan di seluruh negeri, tetapi LSM mengatakan kebijakan tersebut mengurangi jumlah waktu mereka dapat berpatroli di daerah di mana bangkai kapal lebih sering terjadi.
(Rahman Asmardika)