Namun Tharman juga menegaskan bahwa dia tidak akan pandai menjadi PM, dan dengan kepemimpinan baru PAP yang menunggu di depan, bisa dikatakan bahwa dia sudah mulai keluar dari jabatannya. Salah satu teorinya adalah PAP ingin dia mencalonkan diri sebagai presiden guna membantu menggembalakan generasi pemimpin berikutnya.
Jadi, dia memilih mencalonkan diri sebagai presiden. Meskipun Singapura pernah mempunyai presiden yang bukan berasal dari Tiongkok, Tharman adalah presiden pertama yang dipilih oleh masyarakat.
Para pendukungnya dapat mengklaim kemenangannya sebagai kemenangan atas keterwakilan dan penolakan terhadap rasisme. Menjelang pemilu, beberapa postingan media sosial menegaskan bahwa Singapura harus memiliki pemimpin Tiongkok. Kedua pesaing Thaman sama-sama berasal dari Tiongkok.
Ironisnya, dia juga menghancurkan argumen yang mendasari kebijakan rasial PAP.
Sebelum pemilihan presiden pada 2017, pemerintah mengeluarkan undang-undang yang memastikan bahwa beberapa pemilu akan dibatasi hanya untuk kandidat dari ras minoritas. Mereka berpendapat bahwa aturan tersebut diperlukan untuk memastikan keterwakilan yang lebih baik bagi kelompok minoritas di Singapura, termasuk Melayu, India, dan Eurasia.