Ketika Kaum Komunis Dieksekusi Algojo di Bukit Tengkorak : Mana Ada Tuhan?

Awaludin, Jurnalis
Selasa 12 September 2023 05:01 WIB
Illustrasi (foto: dok ist)
Share :

PERBUKITAN Seulawah di Aceh menjadi saksi bisu pembantaian terhadap orang-orang yang dituduh komunis pada 1965. Tempat tersebut bukan satu-satunya, tapi hanya salah satu dari lokasi berdarah peristiwa kelam kala itu.

Udin, nama samaran, merupakan salah satu algojo pembantai orang-orang yang dituduh PKI. Udin memberikan kesaksiannya dan mengaku masih menyimpan parang untuk mengeksekusi para korban kala itu.

"Saya masih simpan parang untuk memotong leher orang-orang PKI. Kalau bapak mau lihat, silakan," kata Udin mengawali wawancara, seperti dilansir dari BBC News Indonesia, Selasa (12/9/2023).

Lebih dari puluhan tahun, ingatannya atas tindakan kejam di malam-malam jahanam di lubang-lubang pembantaian di sekitar Simpang Betung di perbukitan itu, sepertinya, tak lekang oleh waktu. Ia masih ingat apa yang disebutnya percakapan terakhir dan sekelumit kejadian di menit-menit menjelang para algojo mengayunkan parangnya ke tengkuk para korban.

"Ada yang membawa kitab Surat Yasin di kantong bajunya," ungkapnya.

"Tapi," imbuhnya cepat-cepat, "ada pula yang memberikan jawaban murtad "mana ada Tuhan, apa Tuhan, mana Tuhan?'" Ini barangkali semacam pesan terakhir sebelum parang diayunkan ke tengkuk orang-orang komunis itu.

Saya bertemu Udin di sebuah kedai kopi tidak jauh dari salah satu lokasi pembantaian di Simpang Betung, disebut pula sebagai 'Cot PKI' atau 'Cot Tengkorak'. Cot adalah bukit dalam bahasa Aceh. Perawakannya gempal dan tingginya sekitar 155 cm. Kopiah hitam menutupi rambutnya yang memutih. Kumis tipis habis dicukur melintang rapi.

"Saya dulu gagah, berkumis tebal," Udin terkekeh. Dia menyebut dirinya 'jagoan yang ditakuti' di kampungnya pada saat itu.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya