Tangkis Campur Tangan China, Politisi Michael Chong Desak Kanada dan AS Kerja Sama

Susi Susanti, Jurnalis
Rabu 13 September 2023 09:26 WIB
Anggota parlemen Kanada desak Kanada-AS kerja sama untuk menangkis campur tangan China (Foto: CPAC)
Share :

KANADA - Dalam sebuah pernyataan yang jarang terjadi di hadapan anggota parlemen Amerika Serikat (AS), seorang politisi Kanada mendesak kerja sama antara kedua negara untuk memerangi campur tangan asing oleh China.

Michael Chong sendiri diduga menjadi sasaran China atau Tiongkok karena mengkritik catatan hak asasi manusianya.

Dia diundang untuk berbicara tentang pengalamannya di hadapan komite Kongres AS yang bertugas memantau Tiongkok.

Dia mengatakan tindakan Beijing menimbulkan “ancaman nasional yang serius” bagi Kanada.

“Pengalaman saya hanyalah salah satu kasus campur tangan Beijing di Kanada,” kata Chong kepada komite bipartisan pada Senin (11/9/2023),” dikutip BBC.

“Banyak kasus lain yang luput dari perhatian dan tidak dilaporkan, dan para korban menderita dalam diam,” lanjutnya.

Awal tahun ini, Kanada menuduh Tiongkok menargetkan Chong dengan kampanye misinformasi di aplikasi pesan populer WeChat.

Chong mengatakan dia juga mengetahui melalui intelijen Kanada bahwa Beijing telah mengumpulkan informasi tentang dia, serta kerabatnya di Hong Kong, selama tiga tahun terakhir.

Pada 2021, Chong mengajukan mosi di parlemen yang menyatakan perlakuan Tiongkok terhadap populasi minoritas Uighur sebagai genosida.

Tiongkok telah berulang kali membantah adanya upaya untuk mengintimidasi Chong atau mencampuri urusan Kanada.

Dalam kesaksiannya, politisi Konservatif itu merinci cara-cara lain yang menurutnya Tiongkok telah melakukan campur tangan di negaranya.

Hal ini termasuk merekrut mahasiswa internasional Tiongkok di universitas-universitas Kanada, yang kemudian dipaksa oleh Beijing untuk memata-matai mahasiswa dan aktivis lain yang dianggap tidak bersahabat dengan Partai Komunis Tiongkok (CPC).

Dia juga mengangkat masalah “kantor polisi” yang dikelola Beijing di Kanada yang diduga digunakan untuk memaksa beberapa warga negara Tiongkok kembali ke Tiongkok.

Tiongkok membantah memiliki kantor polisi di luar negeri dan menyebutnya sebagai “pusat layanan” bagi warga negaranya di luar negeri.

Sebagai sasaran intimidasi, Chong mengatakan bahwa dia telah memutuskan kontak dengan keluarganya di Hong Kong "untuk sangat berhati-hati" demi menjaga keselamatan mereka.

“Banyak, banyak orang lain yang melakukan hal yang sama,” katanya.

“Ini adalah salah satu konsekuensi dari penindasan transnasional (Tiongkok),” lanjutnya.

Chong meminta AS dan Kanada untuk bekerja sama dalam masalah ini.

Dia mengatakan hal ini dapat dilakukan melalui pertukaran informasi intelijen dan publikasi upaya campur tangan Tiongkok, untuk menjaga kebebasan mendasar, institusi demokrasi, dan tatanan internasional berbasis aturan.

Anggota parlemen AS dari Partai Demokrat dan Republik di Komisi Kongres-Eksekutif untuk Tiongkok memuji kesaksian Chong.

“Kami telah melihat tanpa henti penargetan terhadap aktivis muda yang menentang kondisi yang semakin represif di Hong Kong dan kami telah melihat tekanan tanpa henti yang terus ditujukan kepada warga Uighur di seluruh dunia,” kata Senator Demokrat Jeff Merkley.

Komisi tersebut, yang dibentuk pada 2000, mengawasi dugaan taktik intimidasi yang dilakukan Tiongkok, dan memantau daftar orang-orang yang hilang di Tiongkok atau dijadikan tahanan politik.

Hubungan Kanada-Tiongkok akhir-akhir ini retak setelah dugaan upaya intimidasi terhadap Chong dipublikasikan.

Masalah ini menyebabkan Kanada mengusir diplomat Tiongkok pada Mei lalu Tiongkok kemudian membalas dan memerintahkan pemecatan seorang diplomat Kanada di Konsulatnya di Shanghai.

Badan-badan intelijen juga mengklaim Beijing mencoba ikut campur dalam pemilu federal pada 2019 dan 2021.

Pekan lalu, Kanada meluncurkan penyelidikan publik atas campur tangan asing yang dilakukan Tiongkok dan negara-negara lain.

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya