Para relawan mengatakan mereka membutuhkan alat berat yang bisa mengeluarkan benda-benda besar, seperti mobil yang dikhawatirkan memuat mayat, dari laut. Mereka membutuhkan penyelam dan peralatan menyelam, kata mereka.
Ada beberapa dukungan internasional yang terlihat di sini, termasuk tim penyelamat Turki yang menggunakan perahu karet. Namun tidak cukup untuk menangani bencana ini.
Dan saat mendarat di bandara Benina di Benghazi, tampaknya tidak ada aliran bantuan dalam jumlah besar, seperti yang diperkirakan setelah terjadinya bencana sebesar ini.
Namun para pejabat LNA mengatakan bahwa dukungan yang mereka terima dari negara-negara yang mengirimkan tim telah membantu mereka menghadapi situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Mohammad Shteiwi, seorang aktivis media sosial dari Misrata yang datang ke Derna untuk membantu operasi penyelamatan, mengatakan kepada CNN bahwa dia telah melihat tim penyelam internasional menarik delapan jenazah keluar dari air pada Jumat (15/9/2023) esore.
“Penyelam mengatakan kepada saya bahwa mereka melihat ratusan mayat sekitar 15-20 kilometer sebelah timur pelabuhan Derna,” katanya melalui panggilan telepon.
“Saya melihat begitu banyak mayat dalam dua hari terakhir. Saya menghitung setidaknya ada 200 mayat yang terdampar di pantai. Ini adalah mayat-mayat yang berada di dalam gedung, ditelan laut dan didorong kembali ke pantai. Statistiknya tidak akurat, ada banyak angka yang beredar. Yang bisa saya katakan kepada Anda adalah operasi sedang berlangsung. Saya sendiri yang mengeluarkan mayat-mayat itu,” lanjutnya.
Shteiwi mengatakan “hatinya sedih bagi semua orang yang kehilangan nyawa” namun ia melihat tanda positif dengan berkumpulnya warga Libya dari timur dan barat.
“Aparat keamanan yang tadinya terpisah kini bekerja sama, seolah-olah perbedaan itu sudah berlalu. Sungguh menyedihkan melihat penyatuan ini adalah akibat dari kesengsaraan dan penderitaan yang luar biasa,” tambahnya.
(Susi Susanti)