ANKARA – Pada Minggu (1/10/2023), Turki mengalami serangan bom di Ankara untuk pertama kalinya sejak 2016. Dua teroris melakukan serangan bom bunuh diri, salah satunya tewas dan yang lainnya tertembak polisi saat mencoba untuk melarikan diri.
Ledakan bom tersebut terjadi beberapa jam sebelum sidang Parlemen Turki dibuka di depan gedung Kementerian Dalam Negeri. Dua orang polisi terluka ringan saat pengeboman terjadi di dekat pintu masuk gedung.
"Petugas polisi kami yang heroik, melalui intuisi mereka, melawan para teroris segera setelah mereka keluar dari kendaraan," kata Menteri Dalam Negeri Ali Yerlikaya kepada wartawan media lokal, sebagaimana dikutip dari Time Magazine.
Saat itu, Menteri Ali tidak menyebutkan siapa dalang dibalik serangan bom di depan gedung Kementerian Dalam Negeri. Kemudian, ANF News melaporkan pada Minggu malam, setelah kejadian pengeboman, bahwa Partai Pekerja Kurdistan (PKK) telah mengaku bahwa mereka bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Perlu diketahui sebelumnya, PKK telah dikenal sebagai kelompok teroris di Turki, Uni Eropa, dan Amerika Serikat sejak tahun 1984. Kelompok ini telah melakukan pemberontakan dan kekerasan di turki selama beberapa dekade.
Setelah “pengakuan” oleh PKK pada Minggu malam, Kementerian Pertahanan Turki meluncurkan serangan udara terhadap 20 target yang diduga sebagai kelompok pemberontak Kurdi di Istanbul dan Kirklareli.
“Lebih dari dua lusin "operasi" dilakukan di Istanbul dan Kırklareli, sebuah kota di ujung barat laut Turki,” ungkap Menteri Ali pada hari Senin (2/10/2023), sebagaimana dilaporkan dari Financial Times.
Dilansir dari The Guardian, pihak pemerintah Turki menduga bahwa serangan bom tersebut sudah direncanakan oleh para teroris untuk mencegah jumlah korban yang lebih besar. Hal ini dikarenakan serangan tersebut terjadi tanpa ada hambatan dan “sesuai rencana”.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengisyaratkan adanya kemungkinan perubahan pada konstitusi Turki di masa parlemen mendatang, setelah pemilu awal tahun ini di mana lawan-lawannya memperingatkan akan adanya pemusatan kekuasaan di sekitar kepresidenan. Hal ini merujuk pada kudeta militer yang digagalkan pada tahun 2016.
Setelah serangan bom yang diluncurkan pada Minggu (1/10/2023) kemarin, pihak berwenang menutup salah satu jalan raya utama ibukota Turki, Ankara, yang melintasi sejumlah institusi negara termasuk gedung parlemen.
Pihak kepolisian juga mengumumkan bahwa adanya kemungkinan para teroris akan melakukan serangan bom “lagi” di bagian lain kota.
(Susi Susanti)