Serangan Hamas Tewaskan 250 Orang, Israel Janjikan Pembalasan Dahsyat

Rahman Asmardika, Jurnalis
Minggu 08 Oktober 2023 08:07 WIB
Serangan Hamas di Ashkelon, Israel, 7 Oktober 2023. (Foto: Reuters)
Share :

YERUSALEM – Militan Hamas menyerang kota-kota Israel, menewaskan setidaknya 250 orang warga Israel dan membawa ratusan sandera pada Sabtu, (7/10/2023). Ini merupakan kekerasan paling mematikan di Israel sejak perang Yom Kippur 50 tahun lalu.

Lebih dari 230 warga Gaza juga tewas ketika Israel membalas dengan salah satu hari serangan balasan yang paling menghancurkan. Pertempuran berlanjut hingga malam hari. 

“Kami akan melakukan pembalasan besar-besaran atau hari yang buruk ini,” kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagaimana dilansir Reuters.

“Hamas melancarkan perang yang kejam dan keji. Kami akan memenangkan perang ini tetapi akibatnya terlalu berat untuk ditanggung,” katanya. "Hamas ingin membunuh kita semua. Ini adalah musuh yang membunuh ibu dan anak-anak di rumah mereka, di tempat tidur mereka. Musuh yang menculik orang tua, anak-anak, dan gadis remaja."

Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan serangan yang dimulai di Gaza akan menyebar ke Tepi Barat dan Yerusalem. 

Dalam pidatonya, Haniyeh menyoroti ancaman terhadap Masjid Al-Aqsa Yerusalem, kelanjutan blokade terhadap Gaza dan normalisasi Israel dengan negara-negara di kawasan. “Berapa kali kami memperingatkan Anda bahwa rakyat Palestina telah tinggal di kamp pengungsi selama 75 tahun, dan Anda menolak mengakui hak-hak rakyat kami?”

Mayat warga sipil Israel berserakan di jalan-jalan Sderot di Israel selatan, dekat Gaza, dikelilingi pecahan kaca. Mayat seorang wanita dan seorang pria tergeetak di kursi depan mobil.

Warga Israel yang ketakutan membarikade diri mereka di ruang aman, menceritakan ketakutan mereka melalui telepon dan siaran langsung TV.

Perwira senior militer termasuk di antara mereka yang tewas dalam pertempuran di dekat Gaza pada Sabtu, kata militer Israel.

Pada pukul 1:30 pagi. waktu setempat Pasukan Israel masih bentrok dengan pejuang Hamas di beberapa wilayah Israel selatan. Dalam pengarahan di media sosial, juru bicara militer Israel mengatakan situasi belum sepenuhnya terkendali.

Kantor perdana menteri Israel mengatakan kabinet keamanan telah menyetujui langkah-langkah untuk menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas dan Jihad Islam "selama bertahun-tahun," termasuk memotong pasokan listrik dan bahan bakar serta masuknya barang ke Gaza. 

Di Gaza, asap hitam, kilatan warna oranye, dan percikan api menerangi langit. Kerumunan orang yang berkabung membawa jenazah militan yang baru terbunuh melalui jalan-jalan, dibungkus dengan bendera hijau Hamas.

Korban tewas dan terluka di Gaza dibawa ke rumah sakit yang rusak dan penuh sesak karena kekurangan pasokan dan peralatan medis. Kementerian Kesehatan mengatakan 232 orang tewas dan setidaknya 1.700 orang terluka.

Gaza telah hancur akibat empat perang dan bentrokan yang tak terhitung jumlahnya antara Hamas dan Israel sejak militan tersebut menguasai wilayah tersebut pada 2007. Namun kekerasan yang terjadi di Israel sendiri melebihi apa yang terlihat di sana, bahkan pada puncak pemberontakan Intifada Palestina dalam beberapa dekade terakhir.

Ketidaksiapan Israel dalam menghadapi serangan ini disesali sebagai salah satu kegagalan intelijen terburuk dalam sejarahnya, sebuah kejutan bagi negara yang membanggakan infiltrasi intensif dan pemantauan terhadap militan.

Di Gaza, wilayah sempit tempat 2,3 juta warga Palestina hidup di bawah blokade Israel selama 16 tahun, warga bergegas membeli perbekalan. Beberapa orang mengungsi dari rumah mereka dan menuju tempat perlindungan.

Puluhan warga Palestina tewas dan ratusan lainnya luka-luka dalam bentrokan di perbatasan dengan Israel, di mana para pejuang merebut titik persimpangan dan merobohkan pagar. Beberapa korban tewas adalah warga sipil, di antara kerumunan orang yang berusaha menyeberang ke Israel melalui gerbang yang rusak.

Eskalasi ini terjadi di tengah meningkatnya kekerasan antara Israel dan militan Palestina di Tepi Barat yang diduduki Israel, di mana otoritas Palestina menjalankan pemerintahan sendiri secara terbatas, dan ditentang oleh Hamas yang ingin Israel dihancurkan.

Di Tepi Barat, terjadi bentrokan di beberapa lokasi pada Sabtu, dan para pemuda melemparkan batu saat berhadapan dengan pasukan Israel. Empat warga Palestina termasuk seorang anak laki-laki berusia 13 tahun tewas. Faksi-faksi Palestina menyerukan pemogokan umum pada Minggu, (8/10/2023).

Israel sendiri telah mengalami pergolakan politik internal, dengan pemerintahan paling sayap kanan dalam sejarahnya berupaya merombak sistem peradilan.

(Rahman Asmardika)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya