Gaza telah hancur akibat empat perang dan bentrokan yang tak terhitung jumlahnya antara Hamas dan Israel sejak militan tersebut menguasai wilayah tersebut pada 2007. Namun kekerasan yang terjadi di Israel sendiri melebihi apa yang terlihat di sana, bahkan pada puncak pemberontakan Intifada Palestina dalam beberapa dekade terakhir.
Ketidaksiapan Israel dalam menghadapi serangan ini disesali sebagai salah satu kegagalan intelijen terburuk dalam sejarahnya, sebuah kejutan bagi negara yang membanggakan infiltrasi intensif dan pemantauan terhadap militan.
Di Gaza, wilayah sempit tempat 2,3 juta warga Palestina hidup di bawah blokade Israel selama 16 tahun, warga bergegas membeli perbekalan. Beberapa orang mengungsi dari rumah mereka dan menuju tempat perlindungan.
Puluhan warga Palestina tewas dan ratusan lainnya luka-luka dalam bentrokan di perbatasan dengan Israel, di mana para pejuang merebut titik persimpangan dan merobohkan pagar. Beberapa korban tewas adalah warga sipil, di antara kerumunan orang yang berusaha menyeberang ke Israel melalui gerbang yang rusak.
Eskalasi ini terjadi di tengah meningkatnya kekerasan antara Israel dan militan Palestina di Tepi Barat yang diduduki Israel, di mana otoritas Palestina menjalankan pemerintahan sendiri secara terbatas, dan ditentang oleh Hamas yang ingin Israel dihancurkan.