TRAGEDI 30 September 1965 Partai Komunis Indonesia (PKI) atau G30S PKI menyisakan trauma mendalam bagi masyarakat terhadap kebiadaban organisasi terlarang itu. Enam Perwira Tinggi Angkatan Darat (AD) dan seorang ajudan tewas secara mengenaskan di tangan PKI.
Sebelum peristiwa berdarah itu terjadi, ternyata ada firasat dan sejumlah keganjilan yang dirasakan keluarga jenderal korban PKI. Salah satunya, keluarga Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (MT Haryono) yang seolah sudah merasakan firasat aneh terhadap perwira TNI kelahiran Surabaya, 20 Januari 1924 tersebut.
Sehari sebelum kejadian pada 30 September 1965 sore, di mana ada barisan tentara dekat rumahnya. Salah satu dari mereka bertanya, di mana letak rumah MT Harjono. Sontak dengan spontan, mereka pun menunjuk rumah mereka sendiri.
Firasat lain juga dialami putri bungsu MT Haryono, Enda Marina. Ketika sang jenderal tengah sibuk menata bunga anggrek dengan mendengarkan musik klasik, Enda yang ingin mendekati sang Ayah, justru disuruh menjauh. Perilaku ganjil buat Enda yang selama ini sangat dekat dengan Ayahnya. Belum lagi, malam sebelum kejadian, Enda juga bermimpi tentang Ayahnya yang ditusuk tombak oleh beberapa orang misterius, hingga tak berdaya dan bersimbah darah.
Sang jenderal juga tak pernah bicara politik sedikit pun dengan anak-anaknya di rumah dalam kesehariannya. Namun, kala itu anak sulung MT Haryono, Harianto Harjono atau yang biasa disapa Babab, tiba-tiba diajak bicara soal politik oleh ayahnya.
Bahkan, sebuah wejangan atau cenderung seperti petuah terakhir disampaikan MT Haryono pada anaknya.
“Bab, kalau kamu sudah besar nanti, sebaiknya hindarilah berpolitik. Karena politik itu sangat berisiko. Politik itu menghalalkan segala cara. Selagi kamu berada dalam satu kelompok, kelompok itu akan menganggapmu sebagai teman,” ucap MT Haryono pada Babab. “Tetapi begitu kamu berpisah, kamu akan dianggap sebagai musuh. Persahabatan dan kebajikan yang telah kamu lakukan di masa yang sudah-sudah, akan mereka lupakan. Makanya kamu tak perlu masuk politik. Masuk tentara boleh, tapi masuk politik, sekali lagi, jangan!” seru sang jenderal yang jadi pesan terakhir pada anaknya itu.