JAKARTA – Kelompok Hizbullah kembali menjadi salah satu pihak yang disorot di tengah perang antara Hamas dan Israel yang kembali pecah akhir pekan lalu. Hizbullah menjadi salah satu pihak yang terlibat setelah menyatakan dukungannya untuk Hamas dan melancarkan serangan ke Israel.
Hizbullah merupakan partai politik dan kelompok militan Muslim Syiah yang berbasis di Lebanon, dimana aparat keamanan, organisasi politik, dan jaringan layanan sosialnya memperkuat reputasinya sebagai “negara di dalam negara”.
Didirikan di tengah kekacauan perang saudara Lebanon yang telah berlangsung selama 15 tahun, kelompok yang didukung Iran ini melakukan perlawanan terhadap Israel di Timur Tengah.
Hizbullah dianggap oleh Amerika Serikat (AS) dan negara lainnya sebagai kelompok teroris dan dianggap berada di balik pecahnya perang saudara di Suriah, dilansir dari Council on Foreign Relations.
Sejarah pendirian Hizbullah
Hizbullah muncul saat perang saudara selama lima belas tahun di Lebanon, yang pecah pada 1975 ketika ketidakpuasan atas kehadiran orang Palestina yang bersenjata.
Berdasarkan perjanjian politik pada 1943, kekuasaan politik dibagi diantara kelompok agama yang dominan. Di Lebanon seorang Muslim Sunni menjadi perdana menteri, seorang Kristen Maronit sebagai presiden dan seorang Muslim Syiah menjadi Parlemen. Akibat adanya kelompok-kelompok ini menghadirkan ketegangan-ketegangan yang berkembang menjadi perang saudara.
Populasi Muslim Sunni bertambah karena adanya kedatangan pengungsi Palestina di Lebanon, sementara Muslim Syiah merasa terpinggirkan oleh minoritas Kristen yang berkuasa.