PROSES evakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Israel dan Palestina terus dilakukan. Dilaporkan bahwa 10 WNI di Gaza menunggu pintu perbatasan Israel-Mesir dibuka untuk meyeberang. Sementara puluhan mahasiswa Indonesia lebih memilih bertahan di Tel Aviv karena masih belum kondusifnya situasi.
“Saya lebih memilih untuk tetap tinggal dan lihat perkembangan situasi karena ada risiko untuk menuju ke perbatasan di utara, yaitu ke Amman (Yordania.red). Saya masih memperhitungkan hal itu,” kata Thadeo Arlo, mahasiswa Indonesia di Tel Aviv, Israel dalam wawancaranya dengan VOA Indonesia.
Deo, panggilannya, memilih untuk bertahan di Israel di tengah perang antara Hamas dan Israel yang semakin memanas. Dia sudah empat tahun berkuliah di Israel Institute of Technology, di jurusan Ilmu Komputer. Saat diwawancarai Rabu, (11/10/2023) sore waktu Tel Aviv, Deo masih berada di dalam gedung kampusnya, yang berlantai 12. Sesekali terdengar suara roket melintas dan sirene. Namun Deo tampak tetap tenang.
“Suasana hari ini… hmmm bakal ada sirene lagi nih.. kadang-kadang kita harus berlindung. Ini terdengar suara ledakan beberapa kali. (Jadi Tel Aviv memang lebih gawat dibanding kota-kota lain karena menjadi salah satu target utama Hamas?) Kerusakan di Tel Aviv tidak separah kota-kota lain, tetapi benar, kota ini merupakan target Hamas karena menjadi pusat finansial dan pemerintahan, dan ada bandara internasional juga di sini. Baru saja bandara juga kena ledakan dua kali, sebelum kita wawancara ini,” tuturnya.