“Rumah sakit penuh,” kata Abu Safiya. “Terdapat juga warga yang terluka setiap hari dengan anggota badan yang terputus dan luka yang mengancam jiwanya,” tambahnya.
Dokter lain pun mengkhawatirkan nyawa-nyawa pasien yang bergantung pada ventilator dan menderita luka akibat ledakan. Mereka juga khawatir seluruh fasilitas rumah sakit akan ditutup dan banyak orang akan meninggal karena keterbatasan bahan bakar generator yang hampir habis, dan menurut Pemantau kemanusiaan PBB dipastikan hal ini bisa terjadi pada Senin (16/10/2023).
Di Rumah Sakit Shifa di kota Gaza, yaitu jantung dari zona evakuasi, para pejabat medis memperkirakan bahwa terdapat 35.000 pria, wanita dan anak-anak berdesakkan di lapangan terbuka, di lobi, di lorong-lorong, dengan harapan lokasi tersebut akan melindungi mereka dari serangan.
“Situasi mereka sangat sulit,” kata direktur rumah sakit Mohammed Abu Selmia. “Ratusan orang yang terluka juga terus berdatangan ke rumah sakit setiap harinya,” tambahnya.
Menurut Juliette Touma, juru bicara badan pengungsi Palestina atau yang dikenal UNRWA, mengatakan bahwa sekitar setengah juta warga Gaza yang mengungsi di penampungan PBB di seluruh wilayah kehabisan air dan mereka mulai mengalami kekeringan, karena hal ini tim-tim PBB mulai menjatah air.