TAICHUNG – Pada 7 Oktober, kelompok bersenjata Palestina Hamas melancarkan serangan mendadak ke Israel, menembakkan ribuan roket yang dengan cepat membanjiri sistem pertahanan udara Iron Dome Israel yang canggih sementara ribuan pejuang menyusup ke Israel selatan melalui udara, laut dan darat.
Pentingnya serangan mendadak Hamas juga tidak luput dari perhatian militer Taiwan, yang dibayangi oleh janji para pemimpin Beijing untuk menyatukan pulau itu dengan China, dengan kekerasan jika diperlukan.
Seminggu setelah serangan Hamas terhadap Israel, Kementerian Pertahanan Taiwan mengumumkan pembentukan satuan tugas untuk mengambil pelajaran dari perang Israel-Gaza.
Menteri Pertahanan Taiwan, Chiu Kuo-cheng, mengatakan bahwa pelajaran awal yang bisa diambil adalah bahwa pengumpulan intelijen akan menjadi kunci untuk melawan ancaman China, demikian diwartakan Al Jazeera.
Taiwan dipisahkan dari pantai timur Tiongkok oleh hamparan laut sepanjang 130 kilometer yang dikenal sebagai Selat Taiwan yang berfungsi sebagai penghalang alami dan sistem peringatan dini jika Beijing mencoba mengalahkan Taiwan dalam serangan mendadak.
“Untuk menyerang Taiwan, mereka (militer Tiongkok) harus mengumpulkan armada yang sangat besar,” kata Tony Wei, seorang anggota tentara cadangan Taiwan, yang juga berprofesi sebagai dokter gigi kepada Al Jazeera.
Mobilisasi kekuatan angkatan laut Tiongkok semacam itu mungkin akan terdeteksi oleh Taiwan, sehingga memberikan waktu bagi Taiwan untuk bersiap melakukan invasi atau bahkan melancarkan serangan pendahuluan, kata Wei.