Melihat kecantikan Rara Kasihan, Ki Ageng Mangir terpikat, ia menyunting Rara Kasihan. Ternyata Rara Kasihan juga jatuh cinta pada Ki Mangir dan melupakan tugasnya. Ia menerima pinangannya.
Pembayun kemudian mengandung cinta Ki Ageng. Tetapi kebahagiaan itu lenyap saat Rara Kasihan mengakui sebagai putri Panembahan Senapati. Tapi permusuhan kalah oleh cinta. Ki Ageng Mangir bersedia menghadap Panembahan Senapati yang merupakan mertuanya.
BACA JUGA:
Dalam Babad Mangir diceritakan bahwa rombongan pengantin Ki Ageng Mangir dan Rara Kasihan diiringi banyaknya emban pembawa ubarampe dan srah-srahan dengan cara dipikul. Karena terlihat pikulan srah-srahan itu mentul-mentul (memantul-mantul), maka lahirlah nama Bantul,Yogyakarta.
Ki Ageng Mangir menghadap dan sungkem menghaturkan sembah. Begitu Ki Ageng Mangir menyembah dan menundukkan kepalanya, Panembahan Senopati mengambil tombak Kyai Pleret dan segera menusuk dada Ki Ageng Mangir.
Meski dada sudah tertusuk tombak, Ki Ageng Mangir masih mempunyai daya. Ia berusaha menubruk Panembahan Senopati. Tetapi Panembahan Senopati dapat menghindarinya.
Lalu kepala Ki Ageng dibenturkan oleh Panembahan Senapati pada batu gilang yang merupakan singgasananya. Sesudah tewas, jasad Ki Ageng Mangir dimakamkan separuh di dalam benteng makam dan separuh berada di luar makam Raja-Raja Mataram di Kotagede, Yogyakarta.
(Nanda Aria)