Direktur Skaik mengatakan 200 orang bekerja di rumah sakit tersebut, merawat ribuan pasien dari berbagai penjuru setiap tahunnya.
Dia mengatakan komunitas internasional perlu berbuat lebih banyak untuk melindungi mereka yang paling membutuhkan.
“Kami berharap pasien kanker tidak terbunuh di ranjang rumah sakit akibat serangan udara,” lanjutnya.
Seperti diketahui, RS kedua diserang di Beit Lahiya. Secara terpisah, Dr. Ateh Al Kahlout, direktur Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahia, mengatakan kepada CNN bahwa gedung dan sekitarnya telah ditembaki empat kali sepanjang hari.
Rumah sakit tersebut berada di sudut timur laut Jalur Gaza, yang menjadi sasaran serangan Israel paling berkelanjutan sejak 7 Oktober lalu.
Pejabat kesehatan sebelumnya melaporkan tim medis tidak dapat masuk atau keluar gedung karena kerusakan akibat serangan udara.
Al Kahlout mengatakan rumah sakit tersebut terus beroperasi di bawah kapasitas penuh. Sedangkan, pada saat yang sama terus menyediakan perlindungan bagi ribuan pengungsi.
(Susi Susanti)