GAZA – Serangan Israel telah menghancurkan Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina, rumah sakit kanker terkemuka di Gaza.
Direktur RS Sobhi Skaik mengatakan kepada CNN pada Senin (30/10/2023) bahwa gedung tersebut terkena hantaman langsung ke lantai tiga, menyebabkan kerusakan pada pasokan oksigen dan air namun tidak ada korban luka pada orang di dalamnya.
Sebuah video yang beredar di media sosial dan geolokasi oleh CNN menunjukkan asap muncul dari gedung pusat rumah sakit.
“Kerusakan yang paling parah adalah kecemasan dan kepanikan yang menimpa pasien,” terangnya.
“Hari ini, ada orang yang meninggalkan rumah sakit karena apa yang mereka lihat,” lanjutnya.
CNN telah meminta komentar dari militer Israel.
Rumah sakit tersebut, yang terletak tepat di sebelah selatan Kota Gaza, didanai oleh pemerintah Turki, yang menyatakan kemarahannya atas serangan tersebut dalam pernyataan dari Kementerian Luar Negeri.
“Tidak ada penjelasan atas serangan semacam itu, meskipun semua informasi yang diperlukan, termasuk koordinat lembaga tersebut telah dibagikan kepada pihak berwenang Israel sebelumnya,” kata para pejabat di Ankara, ibu kota Turki.
Direktur Skaik mengatakan 200 orang bekerja di rumah sakit tersebut, merawat ribuan pasien dari berbagai penjuru setiap tahunnya.
Dia mengatakan komunitas internasional perlu berbuat lebih banyak untuk melindungi mereka yang paling membutuhkan.
“Kami berharap pasien kanker tidak terbunuh di ranjang rumah sakit akibat serangan udara,” lanjutnya.
Seperti diketahui, RS kedua diserang di Beit Lahiya. Secara terpisah, Dr. Ateh Al Kahlout, direktur Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahia, mengatakan kepada CNN bahwa gedung dan sekitarnya telah ditembaki empat kali sepanjang hari.
Rumah sakit tersebut berada di sudut timur laut Jalur Gaza, yang menjadi sasaran serangan Israel paling berkelanjutan sejak 7 Oktober lalu.
Pejabat kesehatan sebelumnya melaporkan tim medis tidak dapat masuk atau keluar gedung karena kerusakan akibat serangan udara.
Al Kahlout mengatakan rumah sakit tersebut terus beroperasi di bawah kapasitas penuh. Sedangkan, pada saat yang sama terus menyediakan perlindungan bagi ribuan pengungsi.
(Susi Susanti)